Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Olah Rasa Bangsa

Kompas.com - 01/09/2017, 15:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Bahkan, tesis Sindhunata menyatakan bahwa agama baru abad-21 adalah sepak bola. Lengkap dengan para "nabinya" meski tanpa kitab suci.

Tengoklah tayangan pertandingan sepak bola pada level puncak sekelas Piala Dunia. Para pemain dan pendukung dalam liga domestik negara masing-masing, yang semula saling tuding, seketika bersatu-padu bila negara mereka bertanding. Jika menang, mereka bersorak-sorai. Bila kalah, air mata pun tumpah ruah. Ada haru dan pilu dalam drama sepak bola.

Barangkali sebelum SEA Games 2017 dihelat, kita teramat serius mengadu pendapat mengurusi keyakinan orang lain. Naluri kebangsaan kita tenggelam di bawah tudung amarah.

Tanpa sadar, kita diadu domba melalui agama. Lantas melupakan asas utama negara yang lahir dari Pancasila ini.

Islam dengan penganut terbanyak di Indonesia jadi lebih sering muncul ke permukaan konflik. Seolah tak boleh ada pemahaman berbeda di seberang sana. Padahal agama dan keberagamaan itu soal berbeda. Keduanya tak bisa dibenturkan.

Agama itu melulu soal wahyu, doktrin, dan dogma. Keberagamaan sarat rasa. Sudah jelas rasa beragama kita tak mungkin sama. Ada yang gemar sedekah. Ada yang rajin ibadah. Ada juga yang ternyata kesengsem mengkaji huruf Hijaiyah.

Anda takkan tahu rasa rendang Sumatera sebelum mencicipinya. Anda juga tak mungkin bisa menghirup aroma mawar hanya dengan m-a-w-a-r belaka.

Mungkin kita perlu menggali rasa bersama, dan bersama merasa, bahwa bangsa Indonesia tak lahir dari ketidaksengajaan sejarah. Kita adalah pelanjut gagasan besar manusia dari masa lalu yang gemilang.

Kita berutang teramat banyak pada mereka--para pendahulu. Andai memang untuk sebuah kehancuran, mengapalah mereka bersusah payah merdeka?

Ritus kurban dalam Islam mestinya bisa kita jadikan pembelajaran, betapa Nabi Ibrahim as tak henti mengurbankan perasaannya demi sebuah ketundukan pada perintah Tuhan.

Jauh setelah turun perintah menyembelih Ismail as, anaknya, Tuhan pernah memerintahkan Ibrahim menuju tanah tak bertuan dan meninggalkan Siti Hajar bersama Ismail yang masih balita.

Tak ada salahnya kita bertanya pada diri sendiri, apakah laku hanif (lurus) yang dijalankan Bapak Monotheis itu telah kita praktikkan?

Jangan-jangan selama ini kita hanya sibuk membenarkan diri sendiri, namun luput belajar dari kesalahan. Bisa jadi laku beragama kita masih diselimuti dongeng antah berantah.

Manusia itu makhluk perasa. Segala di sekitarnya dirasakan sampai ke bagian diri yang terdalam. Agama menyediakan ruang untuk merasa itu sebagai bagian utama.

Kian dalam kita menyelami agama, semakin tenggelamlah kita dalam kemenyeluruhan hidup dan merayakannya. Itulah kenapa Tuhan mengajari kita ritus kurban, sekaligus mengajak umat manusia agar senantiasa rela berkurban demi kehidupan.

Lalu kenapa kita masih beragama jika hanya menerbitkan pertikaian?

Tenjolaya, 1 September 1438 H

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Segini Harta Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendi yang Dicopot dari Jabatannya

Segini Harta Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendi yang Dicopot dari Jabatannya

Nasional
Pemerintah Disebut Setuju Revisi UU MK Dibawa ke Rapat Paripurna untuk Disahkan

Pemerintah Disebut Setuju Revisi UU MK Dibawa ke Rapat Paripurna untuk Disahkan

Nasional
Hari Ketiga di Sultra, Jokowi Resmikan Bendungan Ameroro dan Bagikan Bansos Beras

Hari Ketiga di Sultra, Jokowi Resmikan Bendungan Ameroro dan Bagikan Bansos Beras

Nasional
Ketua Dewas KPK Sebut Laporan Ghufron ke Albertina Mengada-ada

Ketua Dewas KPK Sebut Laporan Ghufron ke Albertina Mengada-ada

Nasional
Revisi UU MK yang Kontroversial, Dibahas Diam-diam padahal Dinilai Hanya Rugikan Hakim

Revisi UU MK yang Kontroversial, Dibahas Diam-diam padahal Dinilai Hanya Rugikan Hakim

Nasional
MK Akan Tentukan Lagi Status Anwar Usman dalam Penanganan Sengketa Pileg

MK Akan Tentukan Lagi Status Anwar Usman dalam Penanganan Sengketa Pileg

Nasional
Sidang Putusan Praperadilan Panji Gumilang Digelar Hari Ini

Sidang Putusan Praperadilan Panji Gumilang Digelar Hari Ini

Nasional
Mati Suri Calon Nonpartai di Pilkada: Jadwal Tak Bersahabat, Syaratnya Rumit Pula

Mati Suri Calon Nonpartai di Pilkada: Jadwal Tak Bersahabat, Syaratnya Rumit Pula

Nasional
Anak SYL Minta Uang Rp 111 Juta ke Pejabat Kementan untuk Bayar Aksesori Mobil

Anak SYL Minta Uang Rp 111 Juta ke Pejabat Kementan untuk Bayar Aksesori Mobil

Nasional
PKB Mulai Uji Kelayakan dan Kepatutan Bakal Calon Kepala Daerah

PKB Mulai Uji Kelayakan dan Kepatutan Bakal Calon Kepala Daerah

Nasional
SYL Mengaku Tak Pernah Dengar Kementan Bayar untuk Dapat Opini WTP BPK

SYL Mengaku Tak Pernah Dengar Kementan Bayar untuk Dapat Opini WTP BPK

Nasional
Draf RUU Penyiaran: Lembaga Penyiaran Berlangganan Punya 6 Kewajiban

Draf RUU Penyiaran: Lembaga Penyiaran Berlangganan Punya 6 Kewajiban

Nasional
Draf RUU Penyiaran Wajibkan Penyelenggara Siaran Asing Buat Perseroan

Draf RUU Penyiaran Wajibkan Penyelenggara Siaran Asing Buat Perseroan

Nasional
Draf RUU Penyiaran Atur Penggabungan RRI dan TVRI

Draf RUU Penyiaran Atur Penggabungan RRI dan TVRI

Nasional
[POPULER NASIONAL] 'Curhat' Agus Rahardjo saat Pimpin KPK | Banjir Bandang di Sumbar Tewaskan Lebih dari 40 Orang

[POPULER NASIONAL] "Curhat" Agus Rahardjo saat Pimpin KPK | Banjir Bandang di Sumbar Tewaskan Lebih dari 40 Orang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com