Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aji Chen Bromokusumo
Budayawan

Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan Fraksi PSI dan Anggota Komisi IV DPRD Kota Tangerang Selatan

Kewarasan Politik di Tengah Riuh SNSD, Simpang Semanggi, dan Patung Kwan Kong

Kompas.com - 07/08/2017, 12:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Di tengah marak bulan Agustus 2017, menjelang peringatan ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 72, ada saja isu menerpa pemerintahan Jokowi-JK. Kenyinyiran terutama ditujukan kepada Jokowi.

Kabar merebak bahwa grup girls band Korea bernama Girls’ Generation (atau Generation of Girls), atau yang populer dikenal dengan So-Nyuh Shi-Dae oleh karenanya disebut dengan SNSD, diundang oleh Pemerintah RI dalam rangka peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke 72 untuk tampil di Monas pada tanggal 18 Agustus 2017.

Caci maki, hujatan, serta merta berhamburan mengarah ke Presiden Jokowi dan Kaesang, putra Presiden (hubungannya apa ya dengan Kaesang?).

Cacian, hujatan, dari yang bernada “biasa” sampai ke level nyinyir berseliweran di linimasa berbagai media sosial (Facebook, Twitter, Instagram) dan berbagai portal.

SNSD yang disebut sebagai simbol seks dan pelacuran viral di mana-mana. Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif menjelaskan bahwa diundangnya SNSD adalah untuk memeriahkan Countdown to Asian Games 2018. Kebetulan Triawan adalah special envoy (perwakilan khusus) warga Indonesia untuk Korea Selatan.

Lepas dari pantas tidaknya untuk tujuan apapun itu, entah untuk perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke 72 ataupun Countdown Asian Games 2018, sepertinya tingkat kenyinyiran yang kontra sudah pada taraf yang memprihatinkan. Terlebih jika talenta sekelas SNSD dikaitkan, atau lebih tepatnya dikait-kaitkan, sebagai simbol seks dan pelacuran.

Soal lain adalah soft opening Lingkar Semanggi yang juga menuai kehebohan di seluruh linimasa. Pemicunya adalah kicauan seorang (yang mungkin) selebriti politik. Di menulis di akun twitternya, “gara-gara naik jembatan semanggi malah salah arah, mau ke Menteng jadi ke arah Senayan, ini siapa sich penggagasnya?”.

Tak menunggu lama tanggapan berhamburan di seluruh linimasa media sosial. Bisa disebut, 99,9 persen tanggapan negatif.

Apakah sudah sebegitu bencinya kah golongan yang berseberangan dengan Jokowi terhadap apapun yang bukan berasal dari golongannya.

Lingkar Semanggi jelas-jelas adalah legacy Ahok. Kita semua tahu bagaimana kisah perjalanan Ahok sampai hari ini.

Simpang Susun SemanggiBiro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Simpang Susun Semanggi
Ada lagi keributan yang lain yaitu soal patung Kwan Kong atau yang oleh media sering disebut dengan Kwan Sing Tee Koen. Patung ini adalah Guan Yu yang dikenal sebagai Dewa Perang. Guan Yu adalah jenderal yang berasal dari cerita klasik Sam Kok (Tiga Negara).

Kaum ologarkis dan para koruptor silih berganti melakukan perlawanan dengan bungkus agama dan etnik secara getap gempira. Selengkapnya baca Perlawanan Koruptor dan Oligarki Berbungkus Agama dan Sentimen Etnis

Isu Cinaisasi dan bangkitnya palu arit (komunis, PKI) terus dikaitkan dengan segala hal yang bisa dikaitkan.

Lepas dari patung Kwan Kong ini, belakangan memang terus merebak perlawanan dari golongan tertentu terhadap patung-patung, di antaranya patung naga di Kalimantan, patung wayang di Purwakarta, dan patung manusia akar di Yogyakarta. Patung-patung itu kini tinggal kenangan.

Isu-isu inilah yang terus diusung untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jokowi-JK.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com