Kepemimpinan atau leadership belakangan ini terlihat sekali sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun dan terutama oleh institusi. Salah satu penyebabnya adalah faktor persaingan yang semakin hari menjadi semakin tajam.
Di negara maju sudah sangat jelas terlihat bahwa materi leadership sudah merambah pada berbagai sektor kehidupan terutama sekali pada bidang pendidikan.
Sebenarnya, leadership pada awalnya banyak dikembangkan dalam dunia militer yang memang sangat membutuhkan pengetahuan soal kepemimpinan. Tujuan yang hendak dicapai di dunia militer jelas, terang benderang, yaitu memenangkan pertempuran atau peperangan. Leadership amat menentukan untuk mencapai tujuan ini.
Militer adalah dunia yang hitam putih, dunia dengan lingkungan disiplin tinggi dan model kepemimpinan yang cenderung dan harus otoriter.
Pada tataran yang sangat otoriter inilah kemudian dibutuhkan seni memimpin yang cenderung "memaksa" akan tetapi bertolak belakang dengan itu berharap bagi mereka yang dipaksa dapat melakukannya dengan "sukarela".
Inilah antara lain yang memunculkan banyak teori tentang kepemimpinan. Di dunia militer dikenal istilah "officership" atau keperwiraan.
Perwira atau officer adalah orang yang memegang peranan dalam pelaksanaan perintah atau komando. Oleh karena itu, seorang perwira harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam mencapai tujuan pelaksanaan tugas.
Perubahan
Tidak bisa dihindari, dalam situasi dan lingkungan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat dan cenderung keras, hanya ada satu resep yang dapat menjadi acuan untuk memenangkan kompetisi yaitu "perubahan" atau kemampuan untuk "berubah".
Banyak ilmu perang yang kemudian diadaptasi ke dunia bisnis. Istilah taktik dan strategi tidak lagi dipahami dalam konteks perang, tapi juga dimengerti dalam konteks persaingan bisnis.
Jepang adalah salah satu negara yang sukses beradaptasi dengan perubahan. Sebagai negara yang kalah perang, Jepang berhasil bangkit dan menjadi negara penguasa teknologi.
Banyak penelitian menyimpulkan, rahasia sukses orang Jepang adalah filosofi tentang kaizen yaitu kiat dan keyakinan untuk selalu melakukan perubahan tiada henti. Tidak mudah. Mewujudkan perubahan tidak sesederhana yang dipikirkan.
Menurut prinsip Pareto, seruan perubahan biasanya hanya disetujui oleh sekitar 20 persen orang. Sisanya, 80 persen, cenderung menolak perubahan.
Melakukan perubahan ternyata memang cukup sulit. Kenapa? Sebelum bergerak untuk berubah, telebih dulu dibutuhkan kesamaan persepsi dan kesamaan gaya berpikir.
Persepsi akan sangat tergantung pada paradigma atau unsur unsur yang membangun sebuah keadaan. Paradigma sangat menentukan dalam membangun persepsi seseorang.
Sedangkan gaya berpikir dipengaruhi oleh gaya berpikir yang "reaktif" dan gaya berpikir yang "kreatif". Hanya dengan menyamakan persepsi yang sangat tergantung pada pradigma dan gaya berpikir yang kreatif, langkah perubahan dapat dilakukan dengan baik dan dapat diharapkan menjadi lebih mudah untuk mencapai keberhasilan.
Dalam upaya mewujudkan perubahan itulah, maka peran kepemimpinan atau leadership menjadi sangat penting.
Dalam hal situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi saat ini dan antisipasi ke depan maka di situlah akan dapat ditentukan leadership yang bagaimana yang sangat dibutuhkan atau perlu mendapat perhatian utama.
Visioner dan transformasional
Dua aspek leadership penting yang banyak diulas belakangan ini adalah visioner dan transformasional. Apa itu? Mari kita cermati sejenak keduanya.
Leadership visioner ditunjukkan oleh Nelson Mandela yang berjuang puluhan tahun demi memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan. Mandela bahkan berhasil menjadi presiden Afrika Selatan.
Mandela kemudian menjadi terkenal. Kiat-kiat kepemimpinannya dipelajari. Salah satu yang ditemukan pada karakter kepemimpinan Mandela adalah hubungan visi dan aksi.
Dikatakan, orang tidak cukup hanya dengan memiliki visi saja. Jika hanya memiliki visi, orang hanya akan jadi seorang pemimpi di siang bolong.
Demikian pula orang tidak cukup hanya dengan melakukan aksi saja tanpa visi. Aksi tanpa visi hanya akan membuang waktu percuma.
Nah, yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk membuat sebuah perubahan, bahkan perubahan yang mendunia, adalah memiliki visi sekaligus aksi untuk mewujudkan visi itu. Nelson Mandela mengatakan sebagai sebuah kemampuan yang bisa "change the world".
Bagaimana dengan leadership transformasional? Leadership jenis ini ditunjukkan antara lain oleh Julia Gillard, perdana menteri wanita pertama Australia.
Gillard menguraikan konsep perubahan bagi Australia di masa mendatang dalam pengantar buku putih Australia. Banyak kalangan berpendapat, masa mendatang adalah miliknya Asia. Namun, Gillard meyakinkan masyarakat Australia bahwa abad-nya Asia itu merupakan "Australian opportunity" .
Dia mengajak seluruh warga negara Australlia menggunakan opportunity pada abadnya Asia ini untuk dapat membawa kejayaan bagi Australia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.