Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencegah Usaha de-Soekarnoisasi Jilid Dua

Kompas.com - 21/06/2017, 00:43 WIB

JAKARTA, Kompas.com -  Organisasi sayap PDI Perjuangan, Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) mengajak kepada semua elemen kebangsaan untuk menyatukan kesepahaman dan langkah idiologis melawan gerakan de-Soekarnoisasi Jilid 2.

Sebab, benih-benih gerakan saat ini yang mirip dengan de-Soekarnoisasi pada 1965-1966, sudah teridentifikasi serta  terpetakan mirip yang dilakukan pada tahun 2016-2017.

"Kiprah dan pemikiran Soekarno sebagai pejuang dan pencetus ideologi bangsa harus dijaga. Gagasan-gagasan kebangsaan Bung Karno jangan sampai terkaburkan di tengah arus deras politik identitas yang bertentangan dengan Pancasila dewasa ini," kata Ketua DPN Repdem Bidang Organisasi, Wanto Sugito saat membuka Diskusi Kebangsaan REPDEM bertema Identifikasi Pola Gerak de-Soekarnoisasi Jilid 2 di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (20/6).

Wanto menjelaskan, Diskusi dalam rangkaian peringatan Bulan Bung Karno ini merupakan lanjutan dari diskusi yang digelar Repdem pekan lalu bertemakan Bung Karno, Islam dan Pancasila (Melawan Gerakan de-Soekarnoisasi Jilid 2).

"Setelah dua diskusi, Melawan dan kali ini Mengidentifikasi Pola Gerak de-Soekarnoisasi, setelah lebaran dan Munas Repdem, kami akan menggelar kegiatan ketiga, yaitu menghimpun kekuatan semua elemen kebangsaan melawan de-Soekarnoisasi Jilid 2," jelas politisi muda PDI Perjuangan yang akrab disapa Klutuk ini.

Wanto menegaskan, Gerakan yang bertentangan dengan Pancasila harus diwaspadai. Pernyataan Panglima TNI bahwa ISIS sudah ada di sejumlah provinsi di Indonesia, kemudian riset yang menyatakan tujuh juta penduduk Jawa Barat sudah anti Pancasila, merupakan kondisi yang memprihatinkan.

Karena itu, semua elemen-elemen kebangsaan harus dihimpun untuk mempererat idiologi kebangsaan dan menjaga Pancasila sebagai dasar negara, sekaligus merapatkan barisan terhadap gerakan de-Soekarnoisasi jilid 2 sebagai penggagas Pancasila.

Hadir sebagai pembicara dalam Diskusi ini, Ketua DPP PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira dan Sejarawan sekaligus Dirjen kebudayaan kemendikbud, Hilmar Farid.

Diskusi ini dihadiri sekitar 250 peserta dari berbagai elemen kebangsaan seperti DPP Garuda, Projo, Foreder, GP NKRI, PP GMKI, Satria Muda NKRI, Komando Bela Pancasila serta sejumlah organisasi sayap PDIP seperti BMI dan Repdem sejabotabek.

Andreas Pareira mengakui, pola-pola de-Soekarnoisasi jilid 2, memang sedang terjadi saat ini. Ada upaya untuk menenggelamkan kiprah dan pemikiran serta perjuangannya oleh pihak-pihak yang merasa terganggu dan tidak ingin pengaruhnya ada dalam lingkaran kekuasaan.

"Gerakan Revolusi Mental 1957 untuk menegakkan nasionalisme dan karakter buliding kini dilanjutkan Jokowi. Tapi ada yang mengaitkan dengan Revolusi Tiongkok dan PKI. Seperti Soekarno, bahkan Presiden Jokowi pun dituduh PKI. Ada kesamaan pola dengan gerakan de-Soekarnoisasi yang terjadi pada masa orde baru terkait isu PKI, yaitu seolah ada monster yang sengaja dimasukkan ke dalam pikiran orang," ungkap Andreas.

Dirjen kebudayaan kemendikbud, Hilmar Farid mengatakan, gerakan pendidikan karakter nasionalisme memang penting untuk terus dihidupkan. "Nenek moyang politik kita telah bersepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar negara," kata Hilmar.

Karena itu, menurut Hilmar,  pihaknya akan mendukung Repdem untuk menghimpun semua elemen kebangsaan untuk bersatu menjaga Pancasila sebagai dasar negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com