JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, sudah lama polisi menjadi sasaran utama kelompok teroris di Indonesia.
Teroris, kata dia, menganggap Indonesia adalah negara yang "thoghut" atau menyembah selain Allah.
Oleh karena itu, teroris menganggap siapapun yang mengabdi pada negara adalah kafir.
"Polisi dianggap antek-antek negara, kafir. Kan dia anggap Indonesia negara thoghut, siapapun anteknya, iblis, setan," ujar Tito dalam acara #KapolriDiRosi di Kompas TV, Jumat (26/5/2017) malam.
Hal tersebut karena ideologi Indonesia bukan berlandaskan agama, melainkan Pancasila.
Tito mengatakan, agenda teroris di Indonesia yakni menegakkan Indonesia sebagaimana ideologi mereka, yakni negara khilafah.
Baca: Apa Analisis Kapolri atas Peristiwa Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu?
Orang-orang dengan paham seperti itu mengkategorikan kafir menjadi dua bagian.
Pertama, ada kafir yang memusuhi mereka secara aktif sehingga harus dilawan.
Kedua, ada kafir yang tidak aktif menyerang, namun suatu saat akan ditundukkan.
"Polisi yang karena tugasnya menegakkan hukum dan memberantas teroris berada di garis terdepan, maka harus diserang pertama," kata Tito.
Serangam bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5/2017) malam terjadi saat ada kegiatan pawai obor menyambut bulan Ramadhan berlangsung di kawasan tersebut.
Tito mengatakan, tempat itu jadi sasaran karena puluhan polisi ditempatkan di sana untuk pengamanan kegiatan.
Baca: Di Mana Kapolri Saat Bom Meledak di Kampung Melayu?
Tanpa peduli kemungkinan juga berdampak ke warga sipil, teroris tetap melancarkan aksinya.
"Kalau ada orang Islam yang meninggal, itu collateral damage. Mereka dianggap akan masuk surga juga," kata Tito.