Pemakaman digelar dengan upacara dinas di Pemakaman Umum Selagai Lingga. Upacara dipimpin Wakil Kepala Polda Lampung Brigadir Jenderal (Pol) Bonifasius Tampoi dihadiri jajaran Polda Lampung dan Polres Lampung Tengah.
Di Klaten, Jawa Tengah, kedatangan jenazah Bripda Imam Gilang Adinata (24) disambut tangis keluarga dan teman-temannya.
”Sejak umur tiga tahun Gilang tinggal bersama neneknya, budenya, dan saya di sini. Dia sudah seperti anak sendiri bagi kami,” ujar Rohmat Sugiharto (44), paman korban, di rumah duka di Srago Gede.
Tak jauh dari Rohmat, nenek almarhum Gilang, Sri Partiyah (70), terduduk lemas di kursi teras rumahnya. Tangan kirinya memegang sapu tangan untuk menyeka air mata yang tak bisa dibendung. Ia asuh cucunya itu hingga lulus SMA, sebelum menyusul kedua orangtuanya dan saudara-saudaranya di Jakarta.
Di Jakarta, keluarga besar Gilang tinggal di Gang Kelingkit, Kampung Sawah, Tebet Dalam. Rumah bersama itu semipermanen dua lantai di gang sempit dan padat. Orangtuanya, Muhammad Sri Sarjono (50) dan Sri Mulyani (50), bersama para kerabatnya mengelola kios makan ayam bakar di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
(Baca: Briptu Gilang yang Gugur pada Bom Kampung Melayu Berencana Bertunangan)
Bagi keluarga dan tetangganya, Gilang adalah kebanggaan keluarga dan kampung itu. ”Kami semua bangga,” kata Marsini (60), kerabat almarhum.
Rabu lalu, ada gelagat tak biasa dari Gilang. Ia berangkat bertugas setelah pamit dengan semua anggota keluarga. Ia juga mencium tangan ayah, ibu, dan pakdenya sembari berpesan kemungkinan besar ia tak bisa pulang hari itu karena harus bertugas semalaman.
”Pak gedenya sampai heran karena ia tak pernah seperti itu sebelumnya. Selama ini kalau berangkat tugas, ya berangkat saja,” kata Slamet (63), tetangga yang dekat dengan keluarga, seusai pemberangkatan jenazah ke Klaten.
Rupanya, kata-kata alumnus SMAN Karangnongko, Klaten, itu jadi kenyataan. Ia tak pulang malam itu. Keluarganya menerima kabar duka pukul 02.30 bahwa pemuda ramah itu menjadi salah satu korban tewas bom bunuh diri.
Polisi bergerak
Di Jakarta, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Brigadir Jenderal (Pol) Suntana meminta masyarakat tidak takut terhadap aksi teror setelah peristiwa bom bunuh diri. Polisi telah bergerak memburu pelaku dan jaringannya.
”Masyarakat jangan takut dengan teroris. Anggota Polri di mana pun jangan takut bertugas. Mari sama-sama lawan terorisme,” ujar Suntana seusai pemakaman Bripda Taufan Tsunami di TPU Pondok Ranggon.