Snyder (1997) mencatat fenomena demikian sebagai konflik nasionalisme SARA (ethnic nationalism), merujuk mengemukanya solidaritas yang dibangkitkan oleh persamaan budaya, bahasa, agama, sejarah, dan sejenisnya. "Setiap gerakan yang menjauh dari demokrasi sipil dan mengarah ke demokrasi SARA," catat Snyder, "bakal merongrong perdamaian demokratis." Dalam konteks inilah, penting digarisbawahi, sejauh mana politisasi identitas mampu "merongrong perdamaian demokratis".
(Baca juga: Nasionalisme Kebangsaan)
Identitas proyek
Dalam konteks kekuasaan dan identitas, Castells (1997) mencatat tiga jenis identitas, yakni identitas yang melegitimasi (legitimizing identity), identitas perlawanan (resistance identity), dan identitas proyek (project identity). Jenis identitas pertama dilakukan oleh institusi-institusi dominan untuk memperluas dan merasionalisasi dominasinya. Yang kedua, dibangkitkan oleh mereka yang berada dalam posisi yang dikecilkan atau distigmatisasi oleh logika dominasi. Yang ketiga terkait ikhtiar membangun identitas baru dengan mendefinisikan ulang banyak hal yang berdampak pada transformasi struktural.
Terlepas konteksnya ialah merespons globalisasi, konsep proyek identitas Castells tersebut bisa direfleksikan guna mengikhtiarkan suatu konsensus baru dalam kerangka menyegarkan kembali hakikat persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia harus diturunkan dari sebatas jargon sila ketiga Pancasila ke dalam ikhtiar proyek identitas kebangsaan yang tanpa henti.
Membangun identitas baru dalam keindonesiaan mutakhir bukan berarti meniadakan atau mengingkari identitas keindonesiaan para pendiri bangsa (the founding fathers), tetapi justru memberi pemaknaan baru dan kontekstual yang selaras dengan dinamika, tantangan, dan kebutuhan hakiki bangsa di zaman kita.
Rekonstruksinya harus melibatkan seluruh komponen bangsa. Semuanya harus siap untuk saling belajar, tidak saja menghargai perbedaan dan toleransi, tetapi juga-di era kebebasan informasi ini-semua pihak agar mampu menahan diri untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang bisa saling melukai.
Tantangan bangsa Indonesia semakin kompleks. Bangsa ini semakin dituntut berlari cepat, bisa mandiri dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Persatuan Indonesia mutlak adanya.
M ALFAN ALFIAN,
Dosen Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Mei 2017, di halaman 7 dengan judul "Persatuan Indonesia dalam Ujian".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.