Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komentar Gubernur Lemhanas soal Gejolak Pasca-Pilkada DKI

Kompas.com - 19/05/2017, 13:51 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Agus Widjojo bicara soal gejolak yang terjadi di tanah air pasca-Pilkada DKI Jakarta 2017.

Agus mengatakan, gejolak apapun yang timbul di masyarakat saat ini harus diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.

"Semua tahu dalam sebuah negara, satu hal yang harus jadi rujukan itu adalah peraturan peraturan perundang-undangan. Bukankah itu juga merupakan kesepakatan kita untuk hidup bersama dalam satu wilayah, dengan saudara kita sebangsa yang penuh perbedaan?" kata Agus dalam acara Jakarta Geopolitical Forum di Jakarta, Jumat (19/5/2017).

 

(baca: Jokowi: Hentikan Gesekan di Masyarakat)

Agus melihat, gejolak yang saat ini muncul disebabkan karena ada sejumlah pihak yang tidak bersikap berdasarkan undang-undang. Pihak-pihak tersebut justru bersikap berdasarkan persepsinya masing-masing.

"Kita tidak bisa merujuk pada pendapat kita masing-masing. Apalagi dengan bilang saya benar, anda salah," ucap Agus.

Di sisi lain, Agus menilai, harus dilihat lagi apakah berbagai peraturan perundang-undangan yang ada saat ini sudah cukup memadai.

(baca: Jokowi Gregetan, Negara Lain Bicara Ruang Angkasa, Kita Berkutat Demo, Fitnah, Hujat)

Menurut dia, saat ini ada tantangan membuat peraturan perundang-undangan yang ada lebih membumi dan spesifik sehingga tak menimbulkan multi tafsir.

"Sehingga bisa secara jelas mengukur mana yang langgar UU, mana yang tidak. Kalah sudah memadai selanjutnya ada penindakan. Kalau belum membumi sampai ketentuan yang sifatnya spesifik, maka itu sulit diukur. Terbuka tafsir dan interpretasi," ucap Agus.

Terakhir, Agus mengingatkan bahwa penegak hukum melaksanakan tugasnya berdasarkan arahan dan keputusan politik yang dibuat pemerintah.

"Penegak hukum pun tidak independen dan otonom," tambah dia.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menyindir sebagian masyarakat yang dianggap terlalu sibuk berunjuk rasa dan saling fitnah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com