Berpadu harmoni
Kemajuan teknologi tak terbukti menggilas bidang wisata, bahkan sebaliknya mengangkat pariwisata. Lewat media sosial, kawasan pelosok desa pun menjadi terkenal.
Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, adalah salah satunya. Desa itu kini terkenal dengan wisata Kafe Sawah yang cantik.
Tidak ada yang menyangka Kafe Sawah yang terpencil bisa menjadi tujuan wisata baru yang melambung di media sosial. Letaknya yang jauh di pelosok desa, dengan jalur penghubung yang sepi, membuat kawasan itu serasa tersembunyi. Namun, berkat promosi di media sosial, berbondong-bondong orang datang setiap hari untuk berfoto di Kafe Sawah.
Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul yang menggagas Kafe Sawah, mengatakan, kafenya kini dikunjungi sekitar 3.000 orang sehari. Jika dulu pendapatan dari aset desa hanya Rp 10 juta per tahun, kini bisa di atas Rp 100 juta. Lapangan kerja baru pun muncul. Kini ada sekitar 50 homestay yang dibuka oleh warga di sana.
Hal sama dirasakan para penggerak wisata di Yogyakarta. Kemajuan teknologi justru memuluskan bisnis wisata. Beberapa bidang memang harus berubah menyesuaikan kondisi, tetapi kecerdasan buatan tidak bisa menggantikan sisi emosi yang menghidupkan dunia pariwisata.
Pekan ini, jadwal Dony Agus Saputro (36) sebagai pemandu wisata tergolong padat. Rabu (3/5) malam, ia memandu empat wisatawan Perancis menonton pertunjukan Ramayana Ballet di Purawisata, Yogyakarta. Keesokan harinya, Dony akan berangkat ke Malang untuk mengantar para tamunya menjelajahi sejumlah tempat wisata.
"Kami akan di Malang selama dua malam, setelah itu ke Gunung Bromo, dilanjutkan ke Kawah Ijen, Banyuwangi, lalu lanjut lagi ke Bali," kata Dony.
Yang menarik, Dony tak mendapat pesanan memandu para turis itu dari agen perjalanan wisata di Indonesia. Ia justru mendapat pesanan secara daring melalui Viator.com, situs jejaring para pemandu wisata dari berbagai belahan dunia. Lewat situs tersebut, para pemandu wisata seperti Dony bisa menawarkan jasa, sementara wisatawan dapat dengan mudah menemukan pemandu di negara yang hendak mereka kunjungi.
"Saya rutin mendapat pesanan untuk memandu wisatawan asing dari Viator," kata Dony yang mahir berbahasa Perancis dan menjadi pemandu wisata sejak tahun 2006.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah HPI Daerah Istimewa Yogyakarta Imam Widodo mengatakan, beberapa pemandu wisata di Yogyakarta telah memanfaatkan teknologi internet untuk mendukung kerja mereka. Oleh karena itu, para pemandu wisata di Yogyakarta tidak merasa terancam dengan hadirnya internet.
Sementara agen perjalanan di DIY justru merasakan dampak dari kehadiran situs layanan pemesanan tiket hotel dan transportasi, semisal Traveloka dan Agoda. Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) DIY Sudiyanto mengakui, pendapatan agen perjalanan di DIY menurun setelah maraknya situs layanan pemesanan hotel dan transportasi daring tersebut.
(DIA/NIT/WER/HRS/EGI)
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Mei 2017, di halaman 1 dengan judul "Hubungan Emosional Tak Tergantikan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.