Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Nalar dan Nurani

Kompas.com - 05/05/2017, 23:58 WIB

Peran sentral perguruan tinggi adalah ke atas menggali, membangun ilmu pengetahuan, dan menciptakan sumber daya manusia andal; ke arah lateral menjadi anchor institution bagi kemajuan kota yang menjadi lokasi perguruan tinggi. Dalam menciptakan sumber daya manusia, lingkungan akademia perlu menghidupkan semangat berbakti kepada bangsa melalui pelayanan terhadap kepentingan masyarakat banyak.

Kerja sama sinergis antara perguruan tinggi, pemerintah, dan korporasi diperlukan agar ketimpangan tidak berkelanjutan, agar investasi pendidikan kembali dalam bentuk pembangunan Indonesia yang lebih adil.

Korporasi harus menyiapkan diri untuk dapat menyerap tenaga-tenaga baru ini. Termasuk di dalam tanggung jawab korporasi adalah menciptakan sistem kerja yang kondusif untuk menyertakan perempuan dalam workforce (kekuatan kerjanya).

Generasi muda yang andal ini tidak akan hanya mengisi kebutuhan tenaga kerja, tetapi dengan memanfaatkan jejaring kerja dan sumber pengetahuan yang luas, mereka juga dapat menjadi emerging power yang memunculkan kreasi inovatif sebagai tawaran solusi terobosan bagi banyak tantangan kehidupan modern yang mengutamakan keberlangsungan (sustainability).

Generasi muda ini akan demikian terlibat dalam kemajuan yang jelas memerlukan kemampuan berpikir rasional. Harapannya, berpikir rasional menjadi pola berpikir masyarakat. Kita ingat,   kehidupan modern menjadikan keberlangsungan bersama sebagai tantangan utama. Oleh karena itu, pola pikir rasional modern akan menjadikan keberlangsungan bersama sebagai variabel penting terutama dalam perilaku yang lebih empatik terhadap kebutuhan lingkungan.

Rumah rujukan

Perguruan tinggi menjadi rumah rujukan bagi masyarakat untuk mengukur keabsahan ilmu pengetahuan. Seberapa baik sains dipercaya dan dihidupkan dalam perilaku masyarakat amat bergantung pada keberhasilan akademia menyajikan sains.

Dalam situasi terkini, ketika masyarakat belum siap menghadapi agresi berita palsu dan distorsi interpretasi saintifik atas bukti pengamatan, para akademisi harus proaktif memberdayakan nalar masyarakat dalam mencerna informasi.

Berita palsu dan narasi sains yang terdistorsi bukan hadir karena kenaifan, melainkan dengan agenda gelap yang tidak ingin kebenaran saintifik mengungkapnya. Misalnya, penolakan terhadap bukti bahwa kegiatan manusia adalah penyebab utama pemanasan global karena tidak mau meninggalkan keuntungan dari tradisi pemanfaatan bahan bakar fosil untuk listrik.

Kondisi sudah genting, tetapi masih terlalu banyak penduduk dunia yang tidak menyadari, atau lebih buruk lagi tidak mau tahu, bahwa dirinya adalah salah satu penyumbang masalah.

Dorongan utama March for Science baru-baru ini adalah untuk menjadikan sains sebagai masukan krusial dalam mengelola dunia ini untuk kepentingan jangka panjang, bukan keuntungan sesaat untuk pihak-pihak tertentu, dan untuk menyadarkan akan daya universal yang sains tawarkan kepada orang yang memahaminya.

Premana W Premadi,
Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung; Pegiat Pendidikan STEAM Ganesha83
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Mei 2017, di halaman 7 dengan judul "Pendidikan Nalar dan Nurani".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com