"Wah, berat lho, Mas," komentar saya spontan.
"Sejak jadi tentara, saya biasa membawa tas dengan beban yang tidak ringan, berisi senjata dan amunisi," jawab Agus sambil tersenyum.
"Wah, ini bawa senjata juga?" tanya saya usil.
"Tidak-lah, ha-ha-ha."
Akhirnya saya melihat Agus Yudhoyono tertawa lepas.
Kami pun naik ke kapal bersama dengan tim. Menggunakan kapal cepat, kami menyeberang Batam-Bintan, sekitar 45 menit.
Tibalah saat saya mewawancarainya, tepat di perairan Selat Malaka. Beberapa pertanyaan saya ajukan, di antaranya kenapa "menghilang", apa kegiatan pasca-pilkada Jakarta, dan ada beberapa pertanyaan lain.
Di sela-sela wawancara itu, saya merasakan tidak ada perubahan dari gaya bicaranya, dari saat dia menjadi tentara, dan sesudah dia "pensiun". Saya pun mengungkapkan apa yang saya rasakan itu.
Agus tertawa ketika mendengarnya. Sejumlah petinggi Partai Demokrat yang berada di sebelahnya, yakni Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan dan Wasekjen yang juga juru bicara, Rachland Nashidik, serta fungsionaris Partai Demorat lainnya, ikut tertawa lepas.
"Eh, tapi ada deh yang berubah!" kata saya spontan.
"Dulu, masih jadi tentara, rambutnya hitam. Tapi justru lepas dari tentara, rambutnya banyak yang putih," seloroh saya ringan.
"Makin tua makin berisi," jawabnya cepat, sambil bercanda.
Wawancara pun dilanjutkan. Tentu saya tidak bisa menjelaskan di tulisan ini, satu per satu perbincangan kami. Tetapi semua itu ada dalam tayangan AIMAN yang tayang setiap Senin, pukul 20.00 di KompasTV.
Kegiatan pada siang itu berlalu. Sejumlah warga ditemui Agus di Batam dan Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Malamnya, kami melanjutkan wawancara. Lokasinya di Akau Potong Lembu. Akau artinya Pasar Malam. Potong Lembu merujuk pada nama tempat di Tanjung Pinang yang merupakan daerah pecinan.
Air mata Agus