Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Lagi Trending di Kompasiana: Kartini, Ahok, dan Megawati

Kompas.com - 21/04/2017, 21:00 WIB

Kartini adalah sosok pejuang kesetaraan gender di Indonesia. Ia menyuarakan pemikiran-pemikirannya melalui tulisan dan surat-surat. Namun jika beliau masih hidup, apakah ia akan tetap menulis meski kesetaraan gender telah didapatkan?

Sebuah artikel dengan sudut pandang unik ini menjadi salah satu headline Kompasiana pilihan untuk hari ini. Dan masih ada beberapa artikel berikutnya yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Berikut ini adalah rangkuman artikel headline pilihan hari ini.

1. Kalau "Masih" Hidup, Akankah Kartini Menulis di Kompasiana?

Dalam artikel ini ada sebuah pertanyaan unik yang muncul. "Mengapa Kartini memilih menulis sebagai sarana perjuangan?"

Apa yang dilakukan Kartini ini mengingatka pada Gao Xin Jiang yakni sastrawan asal Tiongkok yang menyabet Nobel Sastra pada 2000 silam. Novel yang ia tulis yaitu Gunung Jiwa mirip sebuah catatan harian yang kemudian dibukukan, mirip dengan perjuangan Kartini.

Seperti halnya Gao, barangkali kartini pun merasakan “kesepian” yang sama manakala aspirasinya sulit didengar orang-orang di sekitarnya. Jadi, alih-alih terus dibatasi oleh lingkungan, ia kemudian membuat tulisan berupa surat-surat yang menyuarakan kegelisahannya. Dari situ kemudian pemikiran-pemikirannya bebas “menjelajah” dunia tanpa takut dikekang oleh adat yang kaku.

Selengkapnya 

2. Tips untuk Kamu Supaya Nggak Perlu Antre di Bioskop

Nonton di bioskop saat ini bukan lagi menjadi sebuah gaya hidup, tapi juga sebuah kebutuhan. Apalagi bagi mereka yang benar-benar hobi menikmati karya-karya film ini. Namun kadang yang menjadi kendala adalah ketika harus berdesakan antre membeli tiket. Kadang kala hal inilah yang paling dianggap menyebalkan.

Tapi sebenarnya ada beberapa cara di mana kita bisa membeli tiket bioskop tanpa harus mengantre lama. Pertama adalah kita bisa membeli tiket secara online. Layanan ini kini sudah banyak tersedia dan memudahkan kita.

Kedua, memanfaatkan tiket pre-sale. Tiket ini biasanya dijual sebelum film dirilis di bioskop. Jika Anda beli tiket pre-sale, maka Anda tidak harus lagi lama-lama mengantre.

Beberapa tips lainnya bisa Anda simak melalui ulasan selengkapnya.

Selengkapnya

3. Megawati dan Mitos-mitos PDIP

Beberapa waktu lalu, Ketua Umum DPP PDIP Megwati Soekarnoputri sempat menyinggung rencananya untuk pensiun dari kepengurusan partai. Rencana ini ternyata dianggap multi tafsir oleh penulis artikel ini. Bisa dimaknai sebagai ungkapan kekecewaan terhadap kinerja kadernya, terutama terkait hasil pilkada serentak yang di bawah target.

Meski demikian, regenerasi di tubuh PDIP tidak mungkin mudah. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bahkan menjadi mitos di tubuh partai ini. Salah satunya adalah mitos yang dianggap sakral di mana PDIP harus dipimpin oleh keturunan biologis Soekarno.

Berangkat dari mitos ini, maka spekulasi siapa yang akan menggantikan Megawati kelak, tidak jauh dari keturunan Bung Karno, terutama anak-anak Megawati. Nama Puan Maharani dan Muhammad Pranada Prabowo menjadi titik sentral, menyusul kemudian anggota Fraksi PDIP di DPR RI Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari, anak Guntur Soekarno.

Selengkapnya 

4. Museum Layang-layang, Melayang ke Masa Silam

Museum Layang-layang yang terletak di kawasan Jakarta Selatan ini mengundang rasa penasaran penulis untuk pergi ke sana. Dalam ulasannya, ia melaporkan bahwa museum ini bisa membawa pengunjungnya "melayang" ke masa silam.

Di sana ada beberapa bangunan kecil yang berfungsi sebagai loket, tempat pemutaran film dan sebuah tempat makan.

Begitu memasuki ruang utama terdapat layang-layang Tari Burung Merak ciptaan ayahnya Asep Triawan --si pemandu museum, bernama Lili Sunarya. Menurut cerita Asep, layang-layang ini diciptakan antara tahun 1980-an akhir dan awal 1990-an, dia tidak ingat persis. Di hadapannya terdapat layangan capung diameter 4 meter ciptaan Asep Triawan sendiri.

Di ruangan lain yang lebih sempit ada beberapa layang-layang dari luar negeri, Malaysia, Turki dan India. Sayangnya tidak ada ruang perpustakaan di museum ini yang bisa menceritakan sejarah layang-layang atau literatur berkaitan dengan layang-layang.

Selengkapnya 

5. Belajar Menang dari Megawati dan Ahok

Salah satu kemenangan yang paling sulit adalah mengalahkan diri. Mana ada yang mampu memanipulasi diri sendiri, mana ada yang bisa menyuap diri sendiri, mana ada yang dapat mengelabui diri sendiri dengan apapun. Kemenangan salah satu cirinya adalah mengakui kekalahan dengan sportif dan mengucapkan selamat kepada rival, dan tidak mencari-cari kambing hitam, apalagi menuduh ini itu.

Apa yang disampaikan Megawati, jauh sebelum pengumuman, bahkan saat usai menyoblos, berarti masih berjam-jam kemudian, salah satu bukti politisi yang sudah dewasa. Dalam salah satu wawancara televisi, beliau mengatakan, kalah dan menang itu sudah ada yang mengatur, Tuhan yang memberikan

Pengalaman menang dan kalah adalah hal yang biasa, namun bagaimana itu dihayati. Pelajaran berharga bagi hidup berbangsa dan bernegara ditunjukkan mereka berdua. Bagaimana melihat kompetisi di dunia ini pun masih berkaitan yang Ilahiah. Beliau memberikan contoh religiusitas bukan semata pakaian, kata-kata, atau “ibadah”, namun esensi ada di sana. Bagaimana religiusitas itu dihidupi bukan semata dikatakan dan pakaian semata.

Selengkapnya 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com