Obama adalah Presiden yang gemar bermanuver politik dengan seni rupa. Mungkin, ia terinspirasi dari poster wajahnya kala menjadi kandidat presiden.
Ia, seperti dikatakan salah seorang kritikus dunia, bisa jadi seorang “kurator seni yang terampil”. Karena Presiden AS keturunan Afro-Amerika ini dengan lihai dan berulang kali secara halus berdiplomasi lewat lukisan.
Salah satunya dalam lawatannya ke Kuba Februari 2016 lalu. Obama, waktu itu menyeleksi backdrop lukisan yang tepat dalam jumpa pers-nya dengan para aktivis politik di kedutaan AS di Havana.
Obama pun mengundang pelukis pembangkang Michel Mirabal dengan karyanya “My New Friend” yang mengabstrasikan warna-warna bendera AS plus Kuba sekaligus di jumpa pers.
Obama menghormati Castro, dengan warna bendera Kuba yang tertera di kanvas Mirabal dan warna bendera AS samar-samar. Sebuah tindakan yang cerdik, mengapresiasi para pembangkang politik yang melawan pimpinan otoriter negara Kuba tersebut tanpa membuat malu tuan rumah.
Bagaimana dengan Vladimir Putin? Pemimpin Rusia yang memegang sabuk hitam beladiri Judo, yang sampai sekarang oleh netizen dan media sejagat disebut the most Russian macho-man ini tak mau kalah.
Sejak 2009, ia harus menandingi ketenaran Obama. Putin membuktikan bahwa jiwanya punya sensitivitas seni, tidak melulu maniak olah raga beladiri.
Ia melukis sendiri sebuah karya dan dilelang di sebuah acara amal! Putin yang berjiwa muda, yang selalu tampil memesona memperoleh 750.000 euro atau setara Rp 10,8 miliar dari karyanya itu.
Banyak pengamat seni harus mengelus dada dengan kualitas karya Putin, yang disebut sekadar “basa-basi”, bagai seorang pelukis pemula yang kebetulan menjadi seorang presiden.
Gaya Soekarno
Kita patut berbangga, Soekarno berbuat lebih dari para pemimpin dunia itu. Menggunakan seni rupa dalam diplomasi politik tingkat tinggi, seperti memasang lukisan pelukis Henk Ngantung di Istana Negara.
3rd category is special; reproduction of Henk Ngantung’s 'Memanah' & President Sukarno’s painting, 'Rini' pic.twitter.com/b0bKl1MJv7
— Edelman Indonesia (@EdelmanID) August 25, 2016
Sebuah lukisan lelaki bugar bertelanjang dada sedang memegang busur panah karya tahun 1945. Sebagai simbol kebebasan dan tenaga muda untuk menuju visi baru sebagai sebuah bangsa yang baru lahir.
Lukisan itu, tak tanggung-tanggung dijadikan backdrop jumpa pers dengan mengundang pewarta seluruh dunia tentang kemerdekaan Republik Indonesia.
Soekarno benar-benar jatuh cinta pada seni, secara otomatis ia adalah seorang pelukis yang berbakat dan seorang patron seni di Indonesia yang hebat.
Masyarakat pada Agustus 2016 lalu di Galeri Nasional Indonesia (GNI) sudah menyaksikan salah satu karyanya berjuluk “Rini” (1958). Ia berkolaborasi dengan pelukis Istana Presiden, salah satu maestro pelukis realis kita, Dullah.