Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"DPD Memprihatinkan, Kewenangan Terbatas tetapi Cakar-cakaran"

Kompas.com - 07/03/2017, 17:46 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Hukum Tata Negara Saldi Isra menilai, kondisi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) saat ini memprihatinkan.

DPD yang semestinya menjalankan fungsi perwakilan daerah justru terjebak pada konflik internal.

Hal itu, kata Saldi, diperparah dengan intervensi partai politik di DPD dengan berbondong-bondongnya sebagian anggota DPD menjadi kader Partai Hanura.

Padahal, menurut Saldi, fungsi perwakilan yang dihadirkan DPD bukanlah merepresentasikan parpol, tetapi wilayah, sehingga mampu menghasilkan perspektif nasional dalam membangun Indonesia.

"Yang memprihatinkan sekarang kondisi internal DPD. Kewenangannya terbatas tapi internalnya cakar-cakaran. Ini bahaya buat DPD dan akhirnya orang juga kecewa," kata Saldi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (7/3/2017).

Hal itu, kata Saldi, terlihat dari upaya DPD yang yang telah mempolitisasi masa jabatan Pimpinan DPD dari 5 tahun sekali menjadi 2,5 tahun.

Saldi menilai, perubahan tersebut memang tidak dilarang dalam undang-undang, namun tidak lazim bagi sebuah lembaga tinggi negara.

Sebab, biasanya jabatan speaker house itu mengikuti periode pemilu, yakni 5 tahun sekali.

Namun, di tengah periode kerja DPD, mendadak mereka mengganti aturan tersebut dan langsung diberlakukan di periode sekarang.

"Jadi mereka susun tatib (tata tertib) jadiin 2,5 tahun dan diberlakukan surut di periode ini juga. Itu kan gak lazim. Kenapa tiba-tiba diberlakukan surut? Kalau kita mau bilang itu enggak ada conflic of interest kan susah," ujar Saldi.

Padahal, kata Saldi, sebuah aturan yang baru selesai dibahas semestinya tidak boleh diberlakukan surut, atau di saat itu pula. Hal itu akan merusak jalannya kinerja lembaga negara tersebut.

"Kalau mereka mau batasi, ya silakan. Tapi fokusnya mau diberlakukan kapan? Kalau mau ya pada hasil pemilu periode berikutnya," ucap Saldi.

Konflik internal di DPD kemudian, kata Saldi, dimanfaatkan oleh salah satu partai politik dengan merekrut sekitar 70 anggota DPD menjadi kader.

Saldi menyatakan jika nantinya DPD didominasi parpol, maka ruh DPD selaku representasi wilayah yang mampu menghadirkan perspektif nasional akan hilang.

"Ini harus jadi catatan untuk semua anggota DPD. Kalau kuasa parpol makin dominan di DPD, kehadiran DPD saat ini makin tak relevan," ujar Saldi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com