Memang masalah muncul kemudian terutama terkait tingginya praktik politik uang dan hanya calon populer serta memiliki modal besar saja yang akan terpilih.
Kesemuanya memang akan sangat bergantung pada proses kaderisasi dan perekrutan yang dilakukan partai politik, termasuk bagaimana melakukan pendidikan dan sosialisasi politik kepada masyarakat tentang politik yang adiluhung.
Apa pun pilihannya, tentu masyarakat berharap wakil rakyat yang terpilih adalah wakil rakyat yang aspiratif dan lebih mementingkan rakyat Indonesia yang heterogen ini (kepentingan nasional).
Sistem pemilu hanyalah alat (tools) untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yakni terwujudnya lembaga perwakilan yang kredibel demi menuju Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Semoga.
Indra Pahlevi
Kepala Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI; Pemerhati Pemilu
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Menimbang Sistem Campuran".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.