JAKARTA, KOMPAS.com - Lima orang berkemeja batik berjalan santai memasuki Kompleks Istana Presiden, Kamis (26/1/2017) pukul 14.50 WIB. Pengamatan awak media tertuju pada seorang berkemeja krem motif cokelat yang berada di tengah. Antasari Azhar.
Kedatangan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut ingin menemui Presiden Joko Widodo. Antasari hendak berterima kasih atas grasi yang telah ia terima.
"(Saya ingin mengucapkan) Terima kasih atas grasi yang sudah diberikan Beliau. Itu saja," ujar Antasari dengan mantab.
Antasari adalah terdakwa perkara pembunuhan bos PT Putra Rajawali Bantaran, Nasrudin Zulkarnain. Ia divonis 18 tahun penjara kurungan pada 2009.
Segala upaya bandingnya gagal hingga akhirnya Presiden mengeluarkan grasi pada 23 Januari 2017 dan dinyatakan bebas murni. Meski demikian, Antasari tetap ingin mencari keadilan.
(Baca: Antasari: Ssssst...)
Ada hal-hal dalam perkaranya yang dirasa belum tuntas di mana aktor intelektualis perkara yang dituduhkan kepada dirinya belum terungkap.
Sebagai pintu masuk menelusuri hal itu, Antasari melaporkan dua perkara ke Polda Metro Jaya, 2011 silam. Laporan dibuat saat menjalani dua tahun masa tahanan.
Pertama, perkara dugaan penyalahgunaan informasi teknologi melalui pesan singkat (SMS). Kedua, laporan mengenai dugaan saksi palsu yang mengaku melihat SMS itu.
Terkait laporan pertama, salah satu saksi ahli bidang IT dalam persidangan Antasari bernama Dr Ir Agung Harsoyo mengatakan, pesan singkat berisi ancaman kepada Nasrudin hanya seolah-olah berasal dari ponsel Antasari.
Saksi ahli mengatakan, hal itu diduga kuat dikirim melalui jaringan lain menggunakan perangkat teknologi tersendiri.
(Baca: Antasari Persilakan Polda Metro Jaya Periksa Kembali Berkas Perkaranya)
Antasari pun melaporkan saksi yang mengaku melihat SMS ancaman itu atas dugaan memberikan kesaksian palsu di persidangan.
Hingga 2016 ini, laporan tersebut belum dicabut, bahkan juga belum ditindaklanjuti oleh Polda Metro Jaya. Ketika ditanya apakah kedatangannya ke Istana sekaligus dalam rangka memohon ke Presiden Jokowi supaya laporannya ditindaklanjuti, Antasari menampiknya.
"Oh enggak, enggak, enggak," lanjut dia sembari melenggang masuk ke ruang tunggu tamu Presiden.
Antasari baru memasuki Istana Merdeka sekitar pukul 15.15 WIB. Pertemuan yang dinanti-nanti itu berlangsung tertutup.
Sssstt...
Tepat pukul 16.50 WIB, Antasari keluar Istana Merdeka. Dia menghampiri wartawan dan seakan bersiap mengumumkan sesuatu. Namun, bukan soal pertemuannya dengan Jokowi yang ingin dia sampaikan.
"Sejak tadi malam saya sudah menghadapi rekan-rekan anda (wartawan), jadi saya batuk. Jadi sekarang ini ssstt saja," ujar Antasari yang kemudian melenggang ke arah mobil.
Saat mengatakan, "ssstt", kedua jari telunjuknya ditempelkan ke mulutnya. Wartawan sontak mengerumuninya dam memberondong dengan sejumlah pertanyaan. Namun, Antasari memilih untuk menjawab sekenanya saja.
Misalnya, saat wartawan menanyakan apakah ia berharap Polisi membuka kembali perkara yang melibatkan dirinya. Jawaban Antasari, "Mau tau saja".
Saat wartawan bertanya apakah Antasari tidak diperkenankan berbicara di depan media oleh Presiden Jokowi, ia juga menjawab seadanya.
"Enggak boleh (ngomong) gimana? Ini saya ngomong," ujar dia.
Antasari berusaha keluar dari awak media yang mengerumuni sekelilingnya. Ia sempat berputar-putar mencari jalan keluar dari kerumunan selama sekitar satu menit.
Tidak berhasil menembus sisi kiri, ia menerobos ke kerumunan sisi kanan. Tak tembus juga, ia sempat berbalik badan dan memutari awak media hingga akhirnya ia sampai ke mobilnya.
Setelah duduk di dalam mobil, ia tetap menutup kaca pintu. Kaca baru dibuka setelah wartawan memintanya. Namun, sampai mobil Pajero Sport hitam berpelat nomor B 1707 CJC bertolak dari parkiran Istana, Antasari tetap bungkam soal pertemuannya dengan Presiden.
Pihak Istana juga enggan memberikan keterangan soal pertemuan Presiden dan Antasari. Topik pembicaraan keduanya pun menjadi teka-teki.
Kejar polisi
Kepada Kompas.com melalui sambungan telpon, Kamis malam, Antasari juga enggan berbicara banyak soal pertemuannya dengan Presiden. Ia lebih memilih berkomentar soal rencana Polda Metro Jaya menindaklanjuti dua laporannya yang sempat dia layangkan, 2011 silam.
"Silakan saja. Itu kan memang kewenangan mereka. Ya jangan kejar saya, kejar mereka (polisi)," ujar Antasari.
"Saya kan sudah melaporkan tuh, soal SMS dan peluru, tolong diselesaikan saja," lanjut dia.
Bahkan, selain soal SMS dan peluru, banyak kejanggalan yang terjadi dalam proses perkaranya dan mesti diusut tuntas.
"Salah satunya baju korban itu ke mana? Cari dong," ujar dia.
Penuntasan perkaranya, akan menguak siapa sebenarnya dalang pembunuhan Nasrudin Zulkarnain.
Kepala Polda Metro Jaya Irjen (Pol) M. Iriawan mengatakan, pihaknya menindaklanjuti laporan Antasari itu. Namun, Iriawan akan membuka-buka kembali berkas perkara Antasari terlebih dahulu.
Pukul 15.20 WIB, lima menit setelah Antasari masuk ke ruang tunggu, lima orang paruh baya berjalan keluar Istana Presiden. Ada yang mengenakan kemeja putih biasa, ada pula yang mengenakan seragam Polri.
Mereka diketahui merupakan para mantan penyidik Polda Metro Jaya yang menjebloskan Antasari ke penjara. Satu orang di antaranya yang mengenakan kemeja putih bercelana krem tampak membawa dokumen berjilid tebal. Hampir sejengkal tebalnya.
Buku bersampul merah dengan foto Antasari Azhar itu diapit di antara lengan dan pinggangnya. Di atas foto Antasari itu tercetak lambang Polda Metro Jaya. Dari rupanya, dokumen itu nampak seperti berkas perkara. Kelimanya sempat berfoto dengan latar belakang Istana, lalu berjalan keluar Istana melalui pintu dekat Kementerian Sekretariat Negara.
(Baca: Polda Metro Jaya Akan Buka Kembali Kasus Antasari Azhar)
Tidak beberapa lama kemudian, Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) M. Iriawan menyusul keluar Istana. Ia mengaku, usai dipanggil Presiden. Namun, ia membantah pertemuannya dengan Presiden membahas seputar perkara Antasari yang belum tuntas.
"Enggak. Enggak bicarain (perkara Antasari). (Presiden) nanya situasi Ibu Kota. Kan saya termasuk bawahan beliau. Ya ngobrol saja, bagaimana situasi, alhamdulilah aman, tertib dan lancar," ujar Iriawan.
Ditanya mengapa sejumlah mantan penyidik Antasari juga ikut mendatangi Istana, Iriawan menegaskan, kedatangan mereka tidak ada kaitannya dengan perkara Antasari.
"Oh enggak ada, pas (mereka) nganter saja. Enggak ada kaitannya," ujar dia sembari menutup pintu mobil.
Iriawan pun keluar dari Istana. Iriawan merupakan mantan Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada 2009 silam.
Saat itu, Iriawan lah yang menyidik perkara Antasari. Fakta mantan penyidik Antasari yang membawa berkas perkara Antasari ke Istana juga menjadi teka-teki.