KOMPAS.com - Gedung Candra Naya, atau sering disebut oleh masyarakat sekitar sebagai Rumah Mayor, adalah sebuah rumah kuno yang berdiri di kawasan strategis Jalan Gajah Mada , Jakarta Barat.
Uniknya, bangunan rumah bergaya China kuno tersebut masih bertahan di tengah menjulangnya gedung-gedung hotel, perkantoran, dan pusat perbelanjaan modern.
Menurut cerita sejarah yang terpampang di samping pintu masuk rumah tersebut dulunya milik seseorang beretnis Tionghoa bernama Khouw Kim An.
Ia adalah Mayor Batavia dalam struktur pemerintahan Hindia Belanda. Tidak heran jika rumah tersebut disebut juga Rumah Mayor.
Bagian depan dan belakang rumah dipisahkan oleh pelataran dan sebuah kolam teratai. Konon area tersebut dulunya adalah area rekreasi keluarga Khouw.
Rumah ini sempat digunakan sebagai kantor Yayasan Sin Ming Hui atau disebut dalam bahasa Indonesia, Candra Naya.
Kenangan akan rumah berusia ratusan tahun ini juga masih terekam di benak Irrasari (65).
Ibu dua anak ini sempat berkuliah di rumah tersebut pada tahun 1972 hingga pertengahan 1974. Ia menjalani hampir dua semester masa kuliah di rumah tua tersebut.
"Dulu kamar sebelah kanan di rumah depan dipakai untuk kuliah anak-anak Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara. Dulu bentuknya rumah tua, lantainya ubin lama, tapi rumah bagian belakang masih semen," kenang Irrasari kepada Kompas.com.
Seingatnya, saat itu kondisi rumah tidak sebagus sekarang. Ia ingat saat itu juga masih ada keluarga yang tinggal di sana. Kemungkinan ahli waris dari pemilik rumah.
"Dulu enggak pernah masuk-masuk ke dalam, sungkan karena masih ada yang tinggal. Lagi juga kuliah di sana cuma sebentar dua jam saja," katanya.
Berbelok sedikit ke sayap kiri rumah, papan reklame gerai populer Kopitiam Oey terlihat. Di samping-sampingnya, terdapat gerai restoran lain yang menawarkan menu khas negeri tirai bambu hingga masakan nusantara.
Lampion-lampion merah menghias area tersebut. Karena saat ini digunakan sebagai area rekreasi, di sayap kiri dan kanan dibangun WC umum.
Tidak sedikit mereka yang berkantor di sekitar area tersebut berlalu-lalang. Entah hanya sekedar melepas penat, mencari keteduhan di teriknya siang, atau menyantap makan siang.
“Lokasinya strategis, di jalan besar, banyak pilihan restoran, tidak terlalu ramai dan unik,” ujar Agnes yang saat itu datang bersama teman-teman kantornya untuk makan siang.
Banyak masyarakat berlalu-lalang dan sebenarnya hendak makan siang sesekali melongok ke dalam rumah kuno tersebut. Penasaran. Mengambil foto dengan kamera ponsel, dan kemudian menuju restoran.
Vivi Chai, Commercial Area Departement Head PT Modernland Realty Tbk sedikit menerangkan bahwa saat ini sebagian area bangunan yaitu sayap kiri dan kanan digunakan sebagai area komersial. Namun, hanya boleh dimanfaatkan sebagai gerai makanan dan minuman.
Sementara bagian rumah besar yang berada di tengah tidak boleh digunakan karena termasuk cagar budaya level A.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.