Dalam konteks inilah tuntutan agar perusahaan media sosial lebih bertanggung jawab secara moral ataupun hukum semakin menguat belakangan ini. Great power, great responsibility! Kekuatan yang besar mesti diimbangi tanggung jawab yang besar. Inilah tuntutan otoritas dan masyarakat Uni Eropa terhadap perusahaan media sosial yang umumnya berbasis di AS.
Dua opsi
Ketiga, Indonesia harus bergegas untuk mengembangkan infrastruktur yang mendukung pengembangan media digital nasional. Para pakar menegaskan, hanya ada dua opsi untuk pengembangan mesin pencari dan media sosial pada level nasional saat ini: terlambat atau sangat terlambat.
Mengembangkan mesin pencari dan media sosial adalah suatu keharusan jika mempertimbangkan betapa strategis kedudukan keduanya bagi kehidupan ekonomi, politik, dan sosial suatu bangsa. Belajar dari pengalaman Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Rusia, dan Brasil, mengembangkan mesin pencari dan media sosial nasional bukan suatu kemustahilan. Jika Tiongkok adalah contoh yang ekstrem dan sulit ditiru tentang bagaimana menghadapi Google dan Facebook, kita bisa mengambil contoh Korea Selatan.
Tanpa banyak diketahui, Korea Selatan berhasil mengembangkan mesin pencari (naver.com) dan media sosial (Kakaotalk) lokalnya sehingga Google dan Facebook tidak jadi penguasa digital di ”Negeri Ginseng” tersebut, seperti yang terjadi di Indonesia hari ini.
Agus Sudibyo
Pendiri Indonesia New Media Watch
Pengajar di Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Jakarta
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Januari 2017, di halaman 7 dengan judul "Berita Bohong, Tanggung Jawab Siapa".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.