Nasihat Yesus pada Filipus seperti nasihat Sri Krishna kepada Arjuna di padang Kurusetra menjelang perang Baratayudha sekitar 3000 tahun sebelum Masehi sebagaimana dikisahkan dalam Bhagavad Gita.
“Wahai Arjuna Putra Pandu, setelah meraih pengetahuan sejati dan tercerahkan, kau tidak akan bingung lagi. Kau akan merasakan kesatuan kemanunggalan dengan semua mahluk, dan selanjutnya melihat semua di dalam diri-Ku,” kata Sri Krishna.
Pengalaman yang sama juga dikisahkan Jalaluddin Rumi, seorang Sufi yang banyak menghabiskan hidupnya di Turki sekitar tahun 1200 Masehi dalam syairnya tentang Kekasih.
Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih dan mengetuk pintu.
Ada suara bertanya, “Siapa di sana?”
Dia menjawab, “Ini aku.”
Sang suara berkata, “Tak ada ruang untuk Aku dan Kamu.”
Pintu tetap tertutup. Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali dan mengetuk lagi. Suara dari dalam bertanya,
“Siapa di sana?”
Dia berkata, “Inilah Engkau.”
Maka sang pintu pun terbuka untuknya.
Perkataan Yesus bahwa “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” bukan hanya dimengerti sebagai keistimewaan pribadi Yesus yang diimani kekristenan sebagai Tuhan, tapi juga sebuah panggilan agar setiap manusia di muka bumi memiliki kesadaran yang sama bahwa sesungguhnya kita semua ada di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita.
Panggilan universal
Panggilan Yesus itu bersifat universal ditujukan kepada semua manusia di muka bumi. Panggilan itu pun sejatinya juga kerinduan semua manusia yang mendambakan kebahagiaan hidup.
Yesus mengajarkan, kebahagiaan hidup yang sejati hanya dapat dicapai jika manusia sadar bahwa dirinya dan Tuhan adalah satu.
Kebahagiaan itu bisa dicapai dalam kehidupan di sini, saat ini, tanpa harus menunggu kematian dan dunia akhirat. “Carilah dulu Kerajaan Allah maka semuanya akan diberikan kepadamu.”
Agama hanya kulit luar, bukan buahnya. Buahnya ada di kedalaman batin, tertutup ego, ambisi, nafsu, amarah, dengki, benci, iri hati, dan ketamakan. Masuklah ke dalam. Jalan yang sulit memang. Tapi, cuma itu jalannya.
Dalam arti tertentu agama yang dimaknai pada kulit luarnya menjadi berbahaya ketika ia menjadi instrumen yang mengotak-ngotakkan manusia.
Mereka yang berada di dalam kotak hampir selalu akan berkata, kotakku yang paling benar, kotakmu salah.
Afirmasi bahwa aku yang paling benar, aku bagian dari kelompok terpilih, agamaku yang paling suci, dalam perjalanan sejarah membuktikan lahirnya penindasan-penindasan dan beragam kejahatan atas kemanusiaan. Justru afirmasi macam ini yang ingin dihancurkan Yesus.
Tak ada bangsa terpilih sebagaimana keyakinan bangsa Yahudi. Semua orang adalah terpilih. Semua manusia, apapun suku dan kelompoknya adalah sama derajatnya di hadapan Sang Pencipta dan dipanggil pulang untuk bersatu dalam rumahNya.