PALMERAH, KOMPAS.com - Kompas.com merangkum berita-berita kemarin yang layak Anda ikuti hingga hari ini. Bagi Anda yang tak sempat mengikuti pemberitaan kemarin, simak rangkuman di bawah ini agar Anda tak ketinggalan berita.
Rangkuman ini salah satunya didasarkan pada popularitas berita di mata pembaca Kompas.com. Di urutan pertama, penjelasan soal mengapa Agus-Sylvi sering berada di posisi atas untuk beberapa survei, menjadi berita yang banyak dibaca pengunjung Kompas.com.
Berita-berita ringan dan yang sifatnya penjelasan, lebih mendapat ruang di mata pembaca. Misalnya terkait aksi Presiden Joko Widodo saat menghadiri puncak peringatan Hari Ibu, Kamis (22/12/2016) pagi, yang mengundang gelak tawa.
Juga berita penjelasan soal mengapa banyak orang yang pesimistis terhadap peradilan Basuki Tjahaja Purnama. Simak rangkuman berita-berita kemarin di bawah ini.
1. Mengapa Agus Kerap "Merajai" Berbagai Survei?
Hampir semua survei menempatkan pasangan Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni di urutan pertama. Elektabilitas mereka disebut lebih tinggi daripada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Mengapa Agus?
Pengamat politik Yunarto Widjaja mengatakan, memang ada tren kenaikan elektabilitas yang dialami pasangan Agus dan Sylviana.
"Kalau Agus trennya naik itu iya, ada tren penurunan Ahok itu juga iya. Anies cenderung stagnan. Kenapa itu terjadi?" kata Yunarto kepada Kompas.com, Rabu (21/12/2016).
Yunarto mengatakan alasan pertama adalah Agus memiliki kesempatan lebih besar untuk menaikan elektabilitas dengan cara pengenalan. Dibandingkan dengan Ahok dan Anies, Agus merupakan calon yang sebelumnya paling tidak dikenal sebelum pendaftaran Pilkada.
Baca selengkapnya di sini.
2. Presiden: Maaf, Ibu Jokowi, Kali Ini Saya Ditemani Wanita Cantik...
Di sela pidato, Jokowi tiba-tiba menghentikan kalimatnya. Jokowi kemudian meminta sejumlah perempuan untuk menemaninya di sisi kiri dan kanannya selama ia berpidato.
"Dari tadi saya bicara sendiri saja. Coba saya panggil dulu ibu-ibu dan perempuan," ujar Jokowi.
Sejumlah perempuan yang merupakan anggota paduan suara acara itu naik ke panggung dan berdiri di sisi kiri dan kanan Jokowi.
Menurut pengamatan Kompas.com, perempuan yang naik ke panggung itu relatif berusia muda. Tiap-tiap dari mereka tampak mengenakan pakaian khas sejumlah daerah di Indonesia.
Melihat para perempuan berdiri di kiri dan kanannya, Jokowi kemudian berkelakar.
Baca selengkapnya di sini.
3. "Wajar kalau Banyak Orang Pesimistis terhadap Peradilan Ahok"
Menurut Bonar, fakta itu juga memengaruhi persepsi dari masyarakat terhadap kasus dugaan penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Wajarlah kalau banyak orang pesimistis terhadap peradilan (yang) menimpa Ahok ini," kata Bonar di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2016).
Tak sedikit orang pesimistis Ahok bisa lolos dari jerat pidana penodaan agama. Meskipun demikian, kata Bonar, tindakan Ahok tidak termasuk dalam elemen kejahatan penodaan agama.
Adapun elemen penodaan agama antara lain salah penafsiran serta menyimpang terhadap keyakinan arus utama dan mengajak orang untuk tidak beragama.
Elemen ini sesuai dengan Pasal 1 Penetapan Presiden Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.
Baca selengkapnya di sini.
4. Polisi Kembali Tangkap Dua Anggota Ormas yang "Sweeping" Tempat Hiburan Malam di Solo
Dengan demikian, ada tujuh pelaku yang diamankan Polres Surakarta.
"Untuk yang di Solo, tadi malam ada lagi yang ditangkap dua orang. Jadi semua total ada tujuh tersangka," kata Tito, di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Tito meminta kepolisian yang menangani terus mengembangkan kasus ini.
Pasalnya, saat peristiwa terjadi, diketahui ada 50 orang yang bergerombol dan masuk ke tempat hiburan itu.
"Saya minta sebanyak mungkin melakukan penangkapan terhadap mereka untuk efek jera," kata Tito.
Sebelumnya, lima anggota ormas LUIS ditangkap tim gabungan Satuan Reskrim Polres Surakarta pada Selasa (20/12/2016).
Baca selengkapnya di sini.
5. Dilaporkan ke Polisi karena Dianggap Hina Pahlawan, Ini Respons Pemilik Akun Twitter
Ketika ditemui di rumahnya, Rabu sore, Dwi mengaku baru mendengar kabar tentang laporan itu dari orang lain. Dia juga belum menerima surat resmi pemanggilan.
"Belum ada (belum menyiapkan kuasa hukum). Saya juga baru dengar dari orang lain, panggilan dan surat resmi juga belum ada," ucap Dwi.
Sambil menggendong putranya yang baru berusia 1 bulan, Dwi menyampaikan bahwa dia hidup di tengah keragaman sehingga mengerti tentang toleransi. Dia mengaku memiliki anggota keluarga non-Muslim.
"Kalau soal toleransi, jangan ajari saya. Di sini itu semuanya Pancasilais. Keluarga saya, bude, pakde, non-Muslim biasa. Keluarga ibu saya Chinesse, keluarga suami saya juga seperti itu. Jadi batas-batas toleransi itu (saya) paham betul," ucapnya.
Baca selengkapnya di sini.
6. Ini Penjelasan BI mengenai Gambar Tjut Meutia di Uang NKRI Baru
Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Andi Wiyana mengatakan, gambar pahlawan yang ada di semua uang rupiah emisi 2016 mengikuti foto pahlawan resmi yang terdaftar pada Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan, dan Restorasi Sosial Kementerian Sosial (Kemensos).
Dengan demikian, tampilan pahlawan di pecahan rupiah tersebut merujuk pada penampilan yang sudah ditetapkan negara.
"Kami tidak bisa mengubah penampilan pahlawan yang sudah ditetapkan," kata Andi saat bincang-bincang media di Gedung BI, Jakarta, Rabu (21/12/2016).
Baca selengkapnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.