Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indy Hardono
Pemerhati pendidikan

Saat ini bergiat sebagai koordinator tim beasiswa pada Netherlands Education Support Office di Jakarta. Sebelumnya, penulis pernah menjadi Programme Coordinator di ASEAN Foundation. 

"Mr Clean", Ulama Tanpa Jubah dan Khotbah...

Kompas.com - 13/12/2016, 11:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLatief

KOMPAS.com — Tidak ada media sosial pada masanya yang siap merekayasa "kemasan" seseorang menjadi tokoh "siap saji" ke masyarakat. Tak ada program televisi yang siap memberi panggung kepadanya untuk dielu-elukan dan kemudian dianugerahkan gelar "Bapak anti-korupsi".

Ya, tidak ada podium tempatnya berteriak mengais-ngais pengakuan dan pencitraan. Semua berjalan naluriah, tanpa panggung.

Itulah Mar'ie Muhammad. Dia tidak membangun monumen kejujuran dengan berbagai gerakan "anti-ini" atau "anti-itu". Mobil Peugeot bututnya yang dipakai pada saat menjabat sebagai Dirjen Pajak sering diusir satpam masuk ke rumah pejabat, dan itulah monumen kesederhanaannya.

Bukan sekadar slogan

Pada masa ketika demokrasi masih sebatas angan, tanpa perlu berkoar-koar tentang kepentingan rakyat, Mar'ie sudah sangat sadar dengan arti demos dan kratos. Rakyatlah yang ada di nuraninya saat merestukturisasi birokrasi pajak, yaitu pada saat mereduksi anggaran negara dan "bersih-bersih" di kementerian yang dianggap paling "basah" di negeri ini.

Semua dilakoninya dalam kesehariannya, bukan sekadar slogan. Penerapan tata kelola pemerintahan, khususnya di bidang keuangan, juga bukan sekadar gerakan atau wacana, melainkan langsung diterapkannya tanpa perlu gembar-gembor di sana dan sini.

Baginya, kemewahan adalah bersarung dan berkaus oblong di rumah sambil minum teh seraya menyalurkan hobinya menonton tayangan pertandingan sepak bola dan kemudian dapat tidur pulas tanpa beban.

Menentang arus

Pada masa otoritas dapat dikalahkan oleh kekuasaan, dia tidak hirau dan terbebani dengan tekanan politik dan kepentingan. Baginya, rakyatlah sang majikan sesungguhnya.

Menjadi penentu berbagai kebijakan keuangan di masa nepotisme masih dianggap sebagai suatu kelumrahan, Mar'ie tetap dapat bertahan dengan integritasnya, walaupun kadang harus berseberangan dengan sesama koleganya di kabinet saat itu. 

Tidak terbayangkan cara seseorang yang hanya berbekal ijazah sarjana (S-1) dari perguruan tinggi lokal, yang merintis karier sebagai birokrat dari tingkat terbawah, mampu melawan derasnya arus "pro-kekuasaan" saat itu.

Ayam kampung dari Ampel

Mar'ie enggan tampil di forum diskusi para pakar. Dia juga tergolong pelit memberi komentar kepada media. Dia kerap berkata, "Saya ini hanya ayam kampung dari Ampel, tak pantas bersanding dengan para doktor lulusan Harvard."

Ia kerap kikuk berteriak di podium, apalagi jika harus tampil dalam acara debat politisi seperti yang sekarang marak di media elektronik. Mungkin, satu-satunya teriakan yang ia lakukan adalah saat gemas menonton tim nasional sepak bola di layar kaca gagal memasukkan bola ke gawang lawan.

Tak ada massa berikat kepala yang dikerahkannya untuk berteriak-teriak menyatakan takut dan gemetarnya dia kepada Sang Maha Pencipta. Namun, lantunan ayat yang dia lafalkan dengan bergetar dan kadang diselingi tangisnya saat menjadi imam shalat berjemaah itulah saksi kepada siapa ia benar-benar "accountable".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com