Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Jawaban untuk "Kegalauan" Presiden...

Kompas.com - 25/11/2016, 07:58 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Peringkat baru itu juga langsung meninggalkan jargon promosi pariwisata Malaysia yang ada di peringkat 96. Bahkan, Thailand saja menclok di posisi 83.

Pengalaman itu jadi salah satu dasar Presiden menunjuk Arief menjadi ketua tim National Branding. Apa selanjutnya?

Rahasia dua branding

Di depan jajaran petinggi BUMN, Arief memaparkan strategi di balik pemunculan dua branding untuk mengusung nama Indonesia.

Merujuk sejumlah data dan riset, Arief antara lain menyebutkan, pemunculan bendera negara dalam setiap upaya kampanye potensi Indonesia bukan asal tempel. Sebelumnya, dia mengungkap sejumlah contoh sukses national brand di tataran global.

"(Ada negara yang) desain bendera sudah sangat kuat. Mau promosi apa saja, tourism, trade, investment, selalu menggunakan desain bendera. Namanya (konsep) monolithic," ungkap dia, sembari menyebut Inggris sebagai contoh sukses penggunaan strategi ini.

Menurut Arief, Australia dan India juga menuju penerapan konsep monolithic ini. Sebelumnya, negara-negara itu menggunakan branding yang berbeda-beda, tergantung tujuan kampanyenya.

Meski begitu, lanjut Arief, ada lebih banyak contoh sukses dari strategi memakai dua branding. Sederet negara bisa disebut, mulai dari Amerika Serikat, Singapura, Kanada, China, Jerman, Brasil, Selandia Baru, sampai Perancis, sebagai pengguna konsep ini.

Sama-sama pakai dua branding, corak, dan konsep dari Finlandia disebut Arief sebagai yang terbaik. Meski terlihat berbeda warna dan coretan, branding yang dipakai bisa dibilang mirip.

Negara lain yang memakai konsep seperti Finlandia adalah Meksiko. Menurut Arief, inilah yang dinamakan Brand Family, yang kemudian juga diadopsi untuk Indonesia.

"Brand family ini juga yang menginspirasi brand Wonderful Indonesia dengan brand destinasi di daerah-daerah. Boleh beda tagline, boleh beda desain, tapi lima warna dasar logo garuda di Wonderful Indonesia itu harus ada dan tercermin dalam satu keluarga!" ungkap Arief.

Arief lalu menyebutkan contoh Enjoy Jakarta, Stunning Bandung, Java Cultural Wonder untuk Joglosemar, dan Majestic Banyuwangi, sebagai branding yang merujuk konsep beda tapi mirip. Ada juga yang memilih Wonderful Bali, Wonderful Kepri, dan Wonderful Makassar, yang mendekati konsep monolithic.

Lalu, akan ke manakah kita?

"Silakan dijadikan bahan diskusi," tantang Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com