Mereka menjadi sadar perbedaan keyakinan bukanlah penghalang untuk saling memahami dan berinteraksi.
Kini, ibu-ibu yang ikut kegiatan tersebut tidak lagi sungkan satu sama lain, meski berbeda keyakinan.
Bahkan, menurut Diana, ada seorang ibu berlatar belakang NU berkolaborasi dengan temannya yang penganut Ahmadiyah.
Mereka menghasilkan produk kerajinan tas dari kain perca.
"Proses awal memang ada rasa canggung. Namun perlahan mereka berhasil menjalin komunikasi dan sekarang sudah bisa berkolaborasi tanpa ada rasa risih dengan perbedaan keyakinan," ungkap Diana.
Membangun inklusi sosial di tengah masyarakat yang beragam memang bukan pekerjaan yang mudah.
Namun, harus tetap dilakukan, karena bagi Diana, keberagaman itu mutlak harus dipahami dan diterima oleh masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.