Dia mengingatkan, pengunjuk rasa seluruhnya adalah ormas Islam. Oleh sebab itu, mereka harus mencerminkan perilaku Islam yang sesungguhnya, yakni tidak mengedepankan kekerasan.
"Bahwa ada alasan agama, jangan sampai rusak karena perilaku. Jangan lupa, Islam itu rahmatan lil alamin. Kalau yang merusak, bukan rahmat itu namanya," ujar Kalla.
Kalla juga meminta demonstran mengantisipasi adanya penyusup yang berpotensi mengganggu keamanan.
"Kami minta kepada masyarakat yang berdemo, menjaga masing-masing. Jangan sampai ada penyusupan," ujar dia.
(Baca: Wapres Jusuf Kalla: Jangan Sampai Besok Ada Penyusup...)
Jika penyusup berhasil menciptakan suasana tidak aman, maka akan berimbas pada iklim investasi.
Secara umum, hal itu akan berpengaruh negatif pada ekonomi Indonesia yang sedang tumbuh. "Kalau ekonomi turun, ya (masyarakat) tidak kerja. Jadi nganggur, enggak ada penghasilan. Rakyat susah sendiri," ujar Kalla.
Presiden Jokowi meminta masyarakat DKI Jakarta tidak takut atas unjuk rasa itu. Presiden meminta masyarakat beraktivitas seperti biasanya saja.
"Yang bekerja ya bekerja seperti biasanya. Yang sekolah juga sekolah seperti biasanya," ujar Jokowi.
(Baca: Jokowi: Besok, Bekerja dan Sekolah seperti Biasanya)
Presiden Jokowi dan Wapres Kalla sepanjang Jumat ini akan berkantor di Jakarta seperti biasa.
Saat ditanya mengenai kemungkinan akan menerima perwakilan demonstran, keduanya belum bisa memutuskan. Jokowi mengatakan, lihat hari Jumat saja.
Respons Jokowi-Kalla atas "curhatan" SBY
Dalam sesi wawancara yang sama, Presiden Jokowi dan Wapres Kalla juga merespons pernyataan mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, di media massa beberapa waktu lalu.
Saat jumpa pers di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Rabu (2/11/2016), SBY menanggapi beberapa isu terkini.
Sebagian pernyataan ditujukan kepada pemerintah saat ini. SBY bereaksi atas informasi yang disebutnya berasal dari intelijen bahwa ada parpol yang menggerakkan dan mendanai rencana aksi unjuk rasa di depan Istana Kepresidenan di Jakarta, Jumat, 4 November 2016.