Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Menyumpahi Pemuda

Kompas.com - 27/10/2016, 17:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Hanya dalam waktu sedemikian singkat, Muhammad mampu merangkul keseragaman bangsa Arab dan membawa mereka keluar dari kejumudan demi menatap wajah dunia baru. Melintasi batas terjauh cakrawala bangsa Arab yang sebelumnya tak pernah terpikirkan mereka.

Muhammad mengalami penolakan yang lebih menggentarkan dibanding Ibrahim, Musa, dan Isa, sebab ia ditepis dan diusir dari lingkaran terdalam puaknya sendiri.

Ia ditolak sebagai pembaharu zaman. Tapi kehalusan perangainya diterima sepenuh hati oleh masyarakat Makkah dan Madinah kala itu.

Tak satu pun penduduk Makkah yang bisa menolak fakta bahwa Muhammad adalah sosok al-amin (jujur), yang masih dilengkapi dengan kelebihannya sebagai siddiq (benar), tabligh (mahir berbicara), amanah (bisa dipercaya); fathanah (cerdas).

Dilema budaya dan sosiologis yang dialami bangsa Arab ketika berhadapan dengan Muhammad itulah yang menjadi kekuatan terbesarnya memimpin dan membina umat akhir zaman. Umat terakhir manusia yang dialamatkan Allah sebagai rahmatan li al-‘Alamin (menjadi Rahmat bagi semesta alam).

Pembabakan sejarah di atas saya dengar langsung dari penuturan Kiyai Muchtar Mu'thi, pengasuh Pesantren Siddiqiyah dan Mursyid Thariqat Shiddiqiyah, Ploso Jombang, Jawa Timur, pada akhir 2015 silam.

Saya menambahi penjelasan umum Kiyai Muchtar itu menjadi lebih rinci, dengan riset lanjutan dalam literatur sejarah yang tersedia. Terutama, terkait sumpah para pemuda pada era berikutnya.

(Bukan) Sumpah Pemuda

Benang merah di atas masih bisa kita telusuri jejaknya pada perikehidupan bangsa Indonesia, terutama sejak kedatangan rombongan manusia rambut jagung dari daratan Eropa.

Portugis, Spanyol, Prancis, Inggris, dan Belanda, adalah musuh bebuyutan para pemuda Nusantara yang tak sudi negeri dan bangsanya direbut dan diinjak oleh orang-orang berkulit pucat itu.

Para pemuda Nusantara terus bersalin rupa selama rentang lima abad itu. Sedari Mahapatih Gajah Mada, Pangeran Diponegoro, Umar Said Cokroaminoto, RMP Sosrokartono, Tirto Adhi Suryo, Dewi Sartika, Kartini, hingga mereka yang turut hadir di Jalan Kramat 106 pada 28 Oktober 1928 dan mengikrarkan:

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tiga pasasi itu kini kita kenal sebagai Sumpah Pemuda. Saat sumpah ini diikrarkan di Batavia, Sukarno yang masih berumur 27 tahun, sedang terlibat sengit membela diri dan bangsanya di hadapan pemerintah kolonial Belanda, di Bandung.

Kelak, dari kengototannya itu lahirlah karya monumental, Indonesia Menggugat, dan Sukarno pun dibuang empat tahun ke Ende.

Ada yang menarik ikhwal sumpah ini terkait Nabi Muhammad Saw dengan Sukarno. Jika Nabi Muhammad berupaya keras membongkar keseragaman bangsa Arab dan mengembalikannya pada kealamiahan manusia, Sukarno merangkum keberagaman kita dalam Pancasila.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

Nasional
Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Nasional
Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com