JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengaku sudah dibujuk sejumlah partai politik dan menawarinya bergabung. Hal tersebut menyusul isu miring dirinya di Demokrat.
Ruhut saat ini tengah diproses di Dewan Kehormatan Partai Demokrat dan akan segera dijatuhi sanksi. Isu pemecatan Ruhut pun bergulir.
Terlebih, Komisi Pengawas Partai Demokrat merekomendasikan sanksi berat terhadap Ruhut.
(baca: Dukung Ahok, Ruhut Direkomendasikan Dapat Sanksi Berat oleh Komisi Pengawas Demokrat)
Ia dinilai kerap bersebrangan dengan keputusan partai. Terakhir, sikapnya mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017.
Padahal, Demokrat mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.
"Sudah banyak sekali yang menawar aku. Dengan rendah hati aku bilang, aku tetap kader Demokrat," ujar Ruhut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/10/2016).
Ruhut enggan membeberkan partai mana saja yang menawarinya bergabung. Namun, satu dari sekian partai tersebut adalah Partai Golkar.
(baca: Ruhut: Satu atau Dua Putaran, Pemenangnya Tetap Ahok)
"Enggak enak bilang partainya. Tapi ada tiga, empat, lima. Termasuk partai yang pernah membesarkan aku, Partai Golongan Karya," kata dia.
Ruhut mengaku tak ambil pusing dengan sejumlah anggota Partai Demokrat yang menginginkan agar dirinya dipecat dari partai.
Ia justru lebih dulu memilih untuk mengundurkan diri sebagai anggota DPR agar total memenangkan Ahok-Djarot.
(baca: Total Menangkan Ahok, Ruhut Akan Mundur sebagai Anggota DPR)
Bahkan, Ruhut memastikan dirinya tak akan lagi menjadi calon anggota DPR periode selanjutnya.
"Ini terakhir. Jangan lihat di 2019 ada nama aku jadi caleg. Aku tidak mau lagi di Senayan jadi anggota DPR," kata Anggota Komisi III DPR itu.