Namun ia meninggalkan perusahaan itu pada 2005, dengan jabatan terakhir National Assist Manager.
Saat itu, Saleh melihat direktur perusahaan begitu nyaman di posisinya. Ia merasa tak memiliki peluang menggesernya.
Dunia bisnis pun mulai digelutinya. Pria kelahiran Curup 10 Juli 1966 ini kemudian membangun perusahaan yang persis dengan Columbia.
Dia pernah berutang Rp 200 miliar untuk membangun bisnisnya tersebut. Namun dalam 10 tahun, grafik bisnisnya tak pernah turun.
Sebanyak 560 cabang dengan hampir 17 ribu pegawai di seluruh Indonesia berhasil dibangun. "Orang lain punya perusahaan sibuk. Saya enggak. Setiap saya buka di satu kota, saya buka 1 PT. Setiap yang jadi kepala di situ, saya kasih saham," tutur senator asal Bengkulu itu.
(Baca: Ini Profil Ketua DPD Mohammad Saleh)
"Kita bisa dapat besar (keuntungan) 100 persen tapi setengah mati ngawasinnya. Enggak ada kebahagiaan di situ. Mending dibagi-bagi. Bisa sambil jadi anggota DPD, perusahaan tetap jalan," sambungnya.
Saat mencalonkan diri sebagai anggota DPD, yang menjadi pemacunya adalah karena tak seorang pun di keluarganya yang berkarir di bidang politik maupun menjadi pejabat negara.
Semua anggota keluarga sempat keberatan dirinya nyalon dan menyarankan agar Saleh mengurungkan niatnya.
"Tapi namanya orang hidup perlu dinamika juga. Saya ikut ke sini seandainya saya terpilih, saya hanya mau mengubah sejarah karena belum ada di keluarga kita orang yang jadi pejabat negara. Kalau bukan saya, jangan kan untuk jadi, nyalon juga enggak berani. Kalau saya jadi, generasi selanjutnya pasti punya motivasi," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.