"Sudah kami laporkan kepada Presiden tadi, fungsi dan tugas badan ini ternyata sudah diamanahkan ke lembaga dan kementerian terkait," ujar Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur seusai rapat terbatas.
Tidak semua lembaga itu dibubarkan secara fisik. Ada beberapa lembaga yang dinilai masih diperlukan keberadaannya.
Baca selengkapnya di sini.
3. Kisah Dewi Suryana: Dari Keluarga Sederhana, Lulus Memuaskan di Singapura
Dewi Suryana tidak menyangka bakal meraih predikat bergengsi dan menjadi lulusan S-1 tercepat di Fakultas Teknik Nanyang Technological University (NTU) Singapura.
Gadis asal Pontianak, Kalimantan Barat, itu lulus pada 30 Juni 2016 dengan predikat terbaik First Class Honours dari jurusan Teknik Material. Prestasi ini tidak main-main mengingat hanya lima persen mahasiswa yang berhasil lulus dengan predikat prestisius itu.
Semua itu diselesaikannya dalam waktu tiga tahun, lebih cepat dibanding rata-rata mahasiswa pada umumnya yang menempuh studi selama empat tahun.
Dewi tumbuh dalam keluarga sederhana di Pontianak. Sehari-hari, ayahnya bekerja sebagai seorang tukang elektronik serabutan dengan penghasilan tidak menentu.
Ibunya bekerja membantu orang lain berjualan baju atau dodol durian. Keluarga mereka menumpang di rumah milik saudara ayahnya.
Ketika bersekolah di SMP Immanuel Pontianak, Dewi tidak pernah dibekali uang saku oleh orangtuanya. Rasa lapar ia lampiaskan dengan cara belajar.
"Bekal saya hanyalah 2 liter air untuk menghilangkan lapar dan dahaga selama belajar," ujarnya dengan mata memerah menahan air mata mengingat masa-masa sulit itu.
Anda harus mengikuti serial Dewi Suryana ini di Kompas.com. Ada tiga tulisan khas yang disajikan secara serial, silakan disimak:
- Kisah Dewi Suryana: Dari Keluarga Sederhana, Lulus Memuaskan di Singapura (1)
- Kisah Dewi Suryana: Jalan Berliku Peraih Beasiswa di Singapura (2)
- Kisah Dewi Suryana: Beli Lauk Seadanya demi Kuliah di Singapura (3)
4. Dari Arena PON XIX: Eko Yuli Pecahkan Rekor Nasional
Pria kelahiran Lampung itu menorehkan catatan snatch 137 kg. Sedangkan pada clean and jerk, Eko sukses mengangkat beban hingga 170 kg.
Selengkapnya di Eko Yuli Pecahkan Rekor Nasional.
Seusai meraih medali emas PON XIX/2016 pada cabang olahraga angkat besi kelas 62 kg, Eko Yuli Irawan langsung menerima amplop berisi uang tunai senilai Rp 30 juta.
Amplop senilai Rp 30 juta itu merupakan pemberian dari kontingen Jawa Timur. Penyerahan dilakukan langsung di atas panggung, tak lama setelah sesi penyerahan medali.
"Ya, uangnya bakal saya tabung dulu aja," ucap Eko kepada Kompas.com, di Gelora Sabilulungan Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Selasa (20/9/2016).
Simak tulisan lengkapnya Di Atas Panggung, Eko Yuli Langsung Diganjar Uang Tunai.