Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Sully, Kisah Heroik yang Mengingatkan pada Kepahlawanan Pilot Indonesia

Kompas.com - 17/09/2016, 11:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Kapten Sully dengan sangat cerdas menjelaskan bahwa pada saat terjadinya kecelakaan, keputusan yang diambilnya adalah sebuah keputusan yang paling tepat dalam konteks menyelamatkan pesawat terbang dan seluruh penumpangnya dari kondisi kedua mesinnya mati.  

Sementara itu, hasil penyelidikan NTSB menyebutkan bahwa sebenarnya pesawat masih mampu diselamatkan untuk didaratkan dengan normal ke Bandara LaGuardia atau ke Bandara Teterboro dekat New York City.   

Nilai kepahlawanan Kapten Sully yang telah berhasil secara spektakuler menyelamatkan nyawa seluruh 155 penumpang dan kru menjadi tenggelam dengan kesimpulan dari hasil investigasi NTSB.  

Daripada mendaratkan pesawat ke Sungai Hudson, NTSB berpendapat bahwa sebenarnya pesawat terbang masih dapat atau masih mampu untuk diterbangkan  dan mendarat “normal” dengan selamat ke bandara terdekat.  

Pada titik ini, pembelaan yang disampaikan oleh Kapten Sully tidak hanya mewakili “hati” para pilot yang selama ini selalu saja menjadi “spot light” sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan pesawat terbang tanpa mampu untuk membela diri, apalagi sebagian besar pilot turut menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terbang.

Pembelaan Sully juga mewakili masyarakat luas yang memandang Kapten Sully sebagai “pahlawan” penyelamat 155 nyawa yang menjadi taruhan dalam genggaman profesinya.

“Happy Ending”-nya adalah ketika NTSB dalam sebuah kesimpulan akhir mencapai kesepakatan bahwa memang ternyata kedua mesin pesawat sudah tidak berfungsi lagi dan pendaratan darurat ke Sungai Hudson merupakan satu-satunya keputusan tepat untuk menyelamatkan penerbangan 1549. 

Kapten Sully lahir pada tanggal 23 Januari 1951 di Denison Texas dari pasangan sorang guru dan dokter gigi. Sully adalah seorang Pilot lulusan USAFA, United States Air Force Academy tahun 1973 yang berpengalaman menerbangkan pesawat  F-4D Phantom II saat bermarkas di Nellis AFB (Air Force Base) sebelum kemudian bergabung ke US Airways menerbangkan pesawat Airbus A320.  

Dia menjadi “US National Hero” dalam peristiwa pedaratan darurat di Sungai Hudson. Sebuah kisah heroik pilot senior yang mengalami kecelakaan pesawat dan berhasil selamat yang diangkat kedalam sebuah film berlayar lebar.  

Selain menyajikan kisah kepahlawanan, film ini menginspirasi banyak orang tentang arti sebuah profesionalisme yang ditunjang kokoh dalam sebuah raga berkepribadian kuat. Sosok Kapten Sully merupakan hasil kerja keras dan pengalaman panjang melintas waktu dan kumpulan jam terbang yang ribuan jumlahnya.               

Jauh sebelum pendaratan dramatis US Airways di Sungai Hudson, sebenarnya ada sebuah peristiwa yang luput diangkat sebagai sebuah kisah pendaratan yang tidak kalah dramatis sekaligus heroik dari peristiwa US Airways di tahun 2009 itu.   

Kisah tersebut adalah peristiwa yang terjadi tanggal 16 Januari tahun 2002, tujuh tahun sebelum tragedi Kapten Sully.  

Bila pada tanggal 15 Januari 2009 Kapten Sully dengan pesawat Airbus 320 mendarat darurat di Sungai Hudson, maka pada 16 Januari 2002 Kapten Abdul Rozaq dengan pesawat Boeing 737-300 milik Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 421 mendarat darurat di sungai Bengawan Solo.  

Berbeda dengan yang dialami Kapten Sully yang kedua mesinnya mati sesaat setelah take off , yang tentu saja masih pada ketinggian yang sangat rendah, maka yang dialami Kapten Rozaq adalah kedua mesinnya mati pada ketinggian 23.000 kaki.  

Sebuah keajaiban telah mengantar Kapten Rozaq sehingga dapat mendaratkan dengan selamat pesawatnya di Sungai Bengawan Solo yang kondisinya berkelok-kelok tidak beraturan dan jauh berbeda dengan kondisi Sungai Hudson.   

Sayang sekali kisah dramatis dan heroik di Bengawan Solo ini tidak terangkat sebagai sebuah kisah kepahlawanan seperti halnya cerita Kapten Sully.  

Bila kisah ini ditulis dan juga diangkat ke film layar lebar, saya percaya tidak akan kalah menariknya dari film Kapten Sully.  Sekali lagi sayang sekali! Walau menurut Plato, menjadi pahlawan bukanlah segalanya.

A hero is born among a hundred, a wise man is found among a thousand, but an accomplished one might not be found even among a hundred thousand men.

 

Jakarta 15 September 2016

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com