Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Diminta Bentuk Tim untuk Kaji Permohonan Grasi Terpidana Hukuman Mati

Kompas.com - 08/09/2016, 19:32 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden RI Joko Widodo diusulkan membentuk tim khusus untuk mengkaji pemberian grasi terhadap terpidana hukuman mati.

Hal ini menanggapi sikap Presiden Jokowi yang menolak semua permohonan grasi yang diajukan oleh terpidana hukuman mati untuk kasus narkotika. 

Menurut Jokowi, kejahatan yang dilakukan terpidana dalam kasus narkotika tidak layak mendapatkan pengampunan.

Direktur Human Rights Working Group (HRWG) Muhammad Hafiz menilai, sebagai pemimpin negara, Jokowi perlu mempertimbangkan secara matang permohonan grasi yang diajukan terpidana mati.

Alasannya, ada beberapa tersangka yang dijebak oleh oknum sehingga divonis hukuman mati.

"Seharusnya Presiden punya tim yang harus meninjau kembali apakah grasi itu diterima atau ditolak. Grasi ini kan kemudian menentukan nasib hidup mati seseorang," ujar Hafiz, seusai diskusi 'Polemik Hukuman Mati', di Plaza indonesia, Jakarta, Kamis (8/9/2016).

Menurut Hafiz, tim itu akan menelusuri kembali kasus terpidana mati, mulai dari pengadilan tingkat pertama hingga kasasi.

Tim ini dapat memasukkan berbagai elemen, seperti pemerintah, ahli, kejaksaan, pengadilan, hingga masyarakat sipil.

"Presiden Jokowi harus betul-betul teliti. Dia harus bentuk tim independen untuk mempelajari semua kasus dari pengadilan tingkat pertama, kedua, sampai kasasi. Baru kemudian keputusan grasinya baru bisa ditegaskan," kata Hafiz.

Hafiz mengatakan, akuntabilitas Presiden diragukan jika menolak permohonan grasi tanpa melakukan kajian. 

Publik perlu mengetahui mekanisme pemberian vonis hukuman mati secara jelas dari penelusuran tim khusus tersebut, sehingga ada transparansi mengapa eksekusi harus dilakukan.

"Kalau sekarang kan kita gak tahu. Dianggap kredibel, prosesnya kita enggak tahu. Dianggap akuntabel, siapa yang terlibat di dalamnya juga kita enggak tahu. Proses kongkalikong segala macam kita enggak tahu karena enggak transparan," papar Hafiz.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com