Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mukidi dalam Humor yang Adil dan Beradab

Kompas.com - 30/08/2016, 17:04 WIB

Oleh:
Arswendo Atmowiloto
Budayawan

Mukidi menghilangkan batas antara dunia maya dan dunia nyata. Sosok lelaki yang diakui berasal dari Cilacap, atau Madura, atau mana saja ini, sebenarnya adalah tokoh fiktif yang disejajarkan dengan nama legen lain, seperti Wonokairun, Mandoblang, dan atau Abunawas. Namun, di media sosial sosoknya memiliki wujud.

Bahkan, ada sarasilah, pohon asal-usul keluarga sampai lima generasi, baik yang laki-laki maupun perempuan berawalan nama Mu.

Ada juga foto keluarga Mukidi dengan istri dan anak-anak, semua berwajah sama. Kini bahkan beredar pesan pendek dari Mega untuk PDI-P untuk  mencalonkan Mukidi, dan bukan Ahok. Karena ternyata Mukidi lebih populer. 

Tentu saja puluhan, atau ratusan, humor dengan tokoh utama Mukidi sebagai dengan materi humor lama, atau klasik, atau yang dulu menggunakan nama bukan Mukidi.

Mukidi berbeda nasib dengan dinosaurus yang punah. Mukidi memakai jurus manjing ajur ajer, mengikuti waktu dan tempat, dan mewujud dalam meme. Ia terus menyebar, memviral  tanpa bisa dihentikan-kecuali nanti berhenti dengan sendirinya.

Bentuk meme akan terus menyebar ke jutaan pemilik ponsel selama unsur humor dan terasakan aktualitasnya. Dengan menduelkan melawan Ahok sebagai calon gubernur DKI Jakarta, Mukidi seakan nyata, aktual, sekaligus ngetren, keren, dan beken.

Medsos berkeadilan

Media sosial (medsos) mengubah dunia humor di sini. Salah satu ciri, sekali lagi, lumernya batas-batas antara subyek-pelawak, pembuat humor, komedian-dan obyek yang menjadi  sasaran atau materi humor.

Kita tak tahu siapa yang membuat meme Mukidi yang sungguh lucu, sungguh menohok, sungguh membuat berterima kasih. Bahkan, kita tak tahu siapa yang "menghidupkan kembali" sosok Mukidi. Termasuk foto yang benar-benar bernama Mukidi dengan nama terpasang di dadanya.  Demikian juga dengan perubahan sasaran atau obyek.

Pada Orde Baru, grup lawak Bagito pernah kena protes dan sanksi karena dianggap melecehkan atau meremehkan tokoh hansip-karakter yang sudah dimunculkan sejak Bagito siaran melalui radio.

Bagito adalah contoh menarik grup lawak yang tetap kritis-tidak selalu berarti kritik, tidak tergoda menambah amunisi panggung dengan perempuan semlohe atau kebanci-bancian, dan bukan model "melempar kue ke wajah". Batasan yang membebani Bagito masa itu kini tak terasakan.

Medsos, sebagai media membebaskan dan tidak membebani dengan syarat tertentu meneruskan keberanian dalam diri humor. Keberanian, kritis, mempertanyakan sesuatu adalah model humor Mukidi, Abunawas, Petruk Gareng, Sabdo Palon-Naya Genggong, yang  tertanggalkan dalam apa yang disebut stand up comedy, komedi tunggal.

Komika baru ini cerdas, lucu, tetapi bisu terhadap keadaan sosial. Barang kali karena dibatasi adanya juri atau komentator, atau juga penguasa siaran, sehingga yang muncul adalah kesan aman dan suara tertentu di-blur.

Dari sisi ini, peran dan posisi medsos memiliki keunggulan, yang memungkinkan tradisi "berani bersuara". Subyek dan obyek tak lagi hansip, tetapi juga menteri atau bahkan presiden sekalipun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com