JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshiddiqie mengkritik rencana DPR untuk membuat sekolah parlemen.
Ia menilai, DPR sudah melenceng dari tugas utamanya dalam hal legislasi, pengawasan, dan anggaran, apabila sekolah parlemen itu benar-benar diimplementasikan.
"DPR tak perlu bikin sekolah sendiri, karena bukan tugasnya dia," kata Jimly di Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
(Baca juga: Sekjen PPP Nilai Sekolah Parlemen Tak Perlu)
Jimly mengatakan, memberikan pendidikan politik bagi masyarakat adalah tugas utama partai politik.
Jika parpol kurang maksimal dalam menjalankan fungsinya, kata dia, berbagai organisasi masyarakat hingga perguruan tinggi bisa ikut membantu.
"ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) yang saya pimpin mau bikin juga sekolah politik. Biar saja masyarakat itu. Dan juga perguruan tinggi, kursus-kursus. Kita juga punya Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional), kan bisa," ucap Jimly.
Jimly pun menyarankan DPR fokus pada tugas utamanya yang selama ini belum maksimal.
Sementara itu, Ketua DPR Ade Komarudin sebelumnya mengatakan, gagasan tersebut dicetuskan sebagai upaya peningkatan kualitas anggota dewan.
Selain itu, sekolah parlemen diharapkan bisa membuat standar kualitas legislator meningkat.
"Tujuan kami peningkatan kualitas para legislator, anggota dewan yang selama ini diharapkan masyarakat berkualitas. Baik fungsinya sebagai pembuat undang-undang, penyusun APBN dan fungsi pengawasannya," ujar Ade di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/8/2016)
"Tempatnya Wisma Kopo, akan diubah jadi sekolah," sambung Ade.
(Baca juga: Politisi PDI-P Sebut Sekolah Parlemen Harusnya Jadi Tanggung Jawab Parpol)
Wisma yang dimaksud Ade adalah Wisma Griya Sabha milik DPR di Cisarua, Puncak, Bogor.
Sekolah yang ditargetkan dapat direalisasikan tahun ini tersebut rencananya diikuti semua Anggota DPR RI dan anggota DPRD di seluruh Indonesia.
Lebih jauh Ade berharap, ke depannya semua partai politik juga bisa ikut terlibat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.