JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut peristiwa kerusuhan di Tanjungbalai, Sumatera Utara, merupakan dinamika dari bangsa yang majemuk.
Ia menilai tidak mungkin Indonesia sebagai bangsa yang beragam tidak terjadi gesekan sama sekali.
"Rumpun bambu yang tidak bernyawa saja dia selalu bergerak, bergesekan. Bangsa yang majemuk itu non komplementer, seperti air dan minyak. Kalau bisa bersatu akan bisa menjadi bangsa yang hebat," kata Haedar dalam pidatonya pada acara silahturahmi Idul Fitri di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (4/8/2016).
Menurut Haedar, kerusuhan di Tanjungbalai bisa terjadi di tempat lain. Untuk itu, Haedar meminta masyarakat waspada.
Haedar juga menilai kerusuhan yang terjadi merupakan puncak dari gunung es. Menurutnya, di bawah puncak gunung masih terdapat kesenjangan sosial dan alienasi yang semakin meningkat secara kualitatif.
Haedar khawatir jika akar masalah tidak bisa dipahami pemangku kepentingan, maka pemahaman untuk memecahkan masalah sosial memiliki sudut pandang yang dangkal.
"Kalau dalam indeks demokrasi kita tolok ukurnya adalah HAM dan perlindungan minoritas, ada yang lebih dari itu yaitu konsep keadilan sosial. Ketika terjadi kesenjangan sosial ekonomi negara harus bisa atur agar tidak timbulkan ledakan sosial," ucap Haedar.
Hadir dalam acara tersebut diantaranya Ketua Komisi Yudisial Fitriciada Azhari, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, Mantan Menteri Perindustrian Shaleh Husin, Politikus senior Golkar Akbar Tanjung, Peneliti Politik LIPI Siti Zuhro, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Presiden PKS Sohibul Iman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.