Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Bagaimana Sri Mulyani Menjaga Jarak dengan Politik dan Politisi?

Kompas.com - 01/08/2016, 07:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Mereka yang ditangisi ketika pergi, akan disambut dengan kegembiraan ketika kembali. Banyak contoh untuk sosok seperti ini. Minggu lalu, kita melihatnya dalam sosok Sri Mulyani.

Bersamaan dengan 20 tahun peringatan 27 Juli, di teras Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7/2016), Presiden Joko Widodo mengumumkan menteri-menteri baru dalam rangka perombakan kedua kabinet kerja.

(Baca: Presiden Jokowi Umumkan Perombakan Kedua Kabinet Kerja)  

Ada sembilan nama baru dalam perombakan kedua di tahun kedua pemerintahan Jokowi ini. Namun, dari sembilan nama itu, satu nama mencuri perhatian dan diperkenalkan pertama kali oleh Presiden Jokowi. Dia adalah Sri Mulyani.

Sri Mulyani pergi meninggalkan tanah air yang dicintainya saat menjabat sebagai Menteri Keuangan pada 5 Mei 2010. Ini adalah jabatan keduanya setelah di rentang periode 2004-2009, Sri Mulyani juga menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Indonesi Bersatu I pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.  

Sebelum kepergiannya, kemelut politik yang berpusat pada kasus Bank Centuty menyeret namanya. Simpati dan air mata tanda tidak rela mengiringi kepergian Sri Mulyani menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia di Amerika.

Dalam kemelut politik enam tahun lalu itu, Sri Mulyani terlihat tegar. Ketika menghadapi anggota DPR yang mencecarnya dengan berbagai pertanyaan, Sri Mulyani tenang dan lantang memberi jawaban.

Ketenangan itu juga tampak saat Sri Mulyani ditanya persiapan apa yang dilakukan menghadapi pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan senyum ditahan, Sri Mulyani mengemukakan ingin mengenakan baju baru.

Kita tahu, saat itu KPK memiliki baju baru untuk para tersangka kasus korupsi yaitu rompi warna oranye. Jawaban Sri Mulyani yang disampaikan 28 April 2010 itu menjadi seperti teka-teki dan "ledekan" kepada para politisi.

Teka-teki itu terjawab dua hari setelahnya saat Presiden Yudhoyono menerima dan membaca surat dari Presiden Bank Dunia Robert Zoelick. Pada 25 April 2010, Zoelick berkirim surat ke Presiden Yudhoyono tentang niatnya mengangkat Sri Mulyani sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.

(Baca: Kenapa Bank Dunia Pilih Sri Mulyani)

Bank Dunia adalah baju baru yang disiapkan Sri Mulyani ketika menyampaikannya dengan senyum sebelum pemeriksaan KPK.

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA Managing Director Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati, bersaksi dalam sidang mantan Deputi Bidang IV Pengelolaan Devisa Bank Indonesia, Budi Mulya, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (2/5/2014). Pada Rabu (27/7/2016) Sri Mulyani kembali dilantik menjadi Menteri Keuangan RI.
Untuk pilihan baju baru yang mengharuskan Sri Mulyani pergi, Presiden Yudhoyono termasuk salah satu yang berat hati dan "menangisi". Kehilangan menteri terbaik saat pemerintahan minim prestasi adalah pukulan berat.

Presiden Yudhoyono Memuji

Soal predikat menteri terbaik bukan basa-basi seperti biasa disampaikan untuk melipur lara seseorang yang akan pergi. Selain diucapkan Presiden Yudhoyono, predikat menteri terbaik untuk Sri Mulyani bisa ditilik dari hal paling sederhana: nomor polisi sedan dinasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com