"Rakyat Poso butuh ketenangan lahir batin. Masyarakat butuh hidup normal dalam aspek ekonomi dan lainnya. Yang lebih penting lagi, masyarakat Poso tidak ingin daerahnya dilabeli basis teroris terus-menerus," ujar Harits.
Terakhir, pemerintah mempunyai tantangan besar ke depan jika Santoso tewas. Pemerintah diharapkan mengedepankan sikap menjauhkan orang dari aksi kekerasan ketimbang penindakan untuk urusan penanggulangan terorisme.
Satgas Operasi Tinombala terlibat baku tembak dengan kelompok Santoso di hutan wilayah Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah, Senin sore.
Dua orang kelompok itu tewas, sementara tiga lainnya melarikan diri. Dua orang yang meninggal dunia berjenis kelamin laki-laki, salah satunya mirip Santoso.
(baca: Mirip Santoso, Salah Satu yang Tewas dalam Baku Tembak Punya Tahi Lalat di Pipi)
Sementara itu, tiga orang yang melarikan diri terdiri dari seorang laki-laki dan dua perempuan.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian belum dapat memastikan identitas dua terduga teroris yang tewas itu. Soal beredar informasi bahwa salah satu dari dua jenazah itu adalah Santoso, Tito meminta jangan berspekulasi.
"Saya pikir jangan berspekulasi terlebih dahulu. Biarkan teman-teman Polri di sana mengevakuasi, kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk diidentifikasi dulu," ujar Tito di Kompleks Istana Presiden, Senin malam.
Tito menyadari, informasi itu berkembang lantaran ciri fisik wajah salah satu terduga teroris yang tewas itu mirip dengan ciri fisik wajah Santoso. Terdapat tahi lalat di dahi dan berjenggot tebal.
"Informasinya, memang ada tahi lalat di dahi yang menjadi ciri khas Santoso. Jenggotnya juga ada. Tetapi, sekali lagi, teman-teman sedang mengevakuasi dia untuk identifikasi identitasnya," ujar Tito.
Identifikasi akan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Polri Palu, Sulawesi Tengah. Identifikasi akan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengenalan wajah dan yang kedua identifikasi melalui pencocokan data DNA post mortem dengan ante mortem.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.