Kasus seperti itu pernah terjadi di KY, Komisi Pemilihan Umum, bahkan MK, dan lembaga lainnya. Semua melalui seleksi yang kian canggih.
Kasus korupsi juga melanda sebagian kepala daerah dan wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu. Toh, semua tidak lepas dari jerat korupsi.
Sekali lagi, masalah utamanya bukan seleksi, melainkan hilangnya karakter. Kita makin sulit mencari tokoh berkarakter seperti Baharuddin Lopa atau Hoegeng.
Intinya, bukan hanya soal seleksi dan pemilihan hakim atau para pejabat lain, melainkan kita juga benar-benar sangat lemah dalam budaya hukum, kehilangan karakter sebagai anak bangsa dan insan beragama.
Ini tidak bisa diatasi dengan seketika dan instan, tetapi kita harus menjawab pertanyaan: apakah sistem pendidikan kita dari SD hingga perguruan tinggi, dan apakah pembinaan keluarga kita, pembinaan agama kita, semua sudah mengarah pada pembentukan karakter?
Topo Santoso, Guru Besar Hukum Pidana dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.