Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kudeta Militer Turki Bentuk "Empire Strikes Back"

Kompas.com - 16/07/2016, 14:59 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Universitas Pertahanan Profesor Salim Said mengatakan kudeta terhadap pemerintahan Turki sudah sering terjadi. Namun, kudeta yang terjadi kemarin merupakan kudeta yang pertama kali terjadi selama kepemimpinan Tayyip Erdogan.

Menurut Salim, kudeta tersebut merupakan bentuk upaya pengambil alihan kekuasaan oleh pihak yang masih memiliki kekuatan.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kata kuncinya, empire strikes back," ujar salim dalam sebuah diskusi di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (16/7/2016).

Salim menjelaskan, dahulu, Turki merupakan negara yang besar. Pasca penjajahan Inggris terjadi, Turki dijadikan sebagai bagian dari kerajaan Eropa.

"Sekarang mereka balik nenuntut. 'Kamu dulu menjajah kami, kami miskin'," kata dia.

Selain itu, menurut Salim, selama Erdogan memimpin, sejumlah petinggi militer yang turut mendukung aksi kudeta pada pemerintahan sebelumnya itu ditangkap dan diadili.

Ini juga menjadi alasan terjadinya kudeta oleh militer di Turki.

"Sedangkan tentara sendiri yang ingin melakukan strike back dalam melakukan kudeta tak ada pihak sekulernya karena mereka sendiri tertekan lantaran seniornya ditangkap," kata Salim.

Dia juga menyebut kudeta tersebut mengalami kegagalan karena hanya sebagian kecil dari militer yang ada melakukan kudeta. Di sisi lain, masyarakat sipil melakukan perlawanan lantaran tidak ingin militer kembali berkuasa.

"Kesalahan kudeta tadi malam adalah ada sebagian kecil kelompok militer yang tak lagi didukung oleh masyarakat. Sehingga di dalam militer sendiri itu terpecah, padahal latar belakangnya pihak yang memiliki kuasa ingin kembali mengambil hak kekuasaannya atau empire strike back," tutur dia.

Meskipun demikian, sikap masyarakat yang tak mendukung kudeta diartikan sebagai bentuk dukungan kepada Erdogan. Menurut Salim, rakyar Turki hanya tidak ingin kehidupannya kembali dibayang-bayangi kekuasaan militer.

"Apakah masyarakat mendukung Erdogan, belum tentu. Masyarakat yang turun ke jalan itu mendukung kebebasan mereka sendiri, mendukung supremasi sipil," kata dia.

Sebelumnya, sekelompok elemen militer Turki mengklaim telah menguasai negeri itu pada Sabtu (16/7/2016) malam itu dan langsung memicu bentrokan berdarah di Istanbul dan Ankara.

Fotografer AFP melaporkan telah menyaksikan tentara menembaki warga yang berkumpul di dekat salah satu jembatan Selat Bosphorus di Istanbul.

Sementara itu, kantor berita Anadolu mengabarkan, gedung parlemen Turki di Ankara diserang dengan menggunakan bom.

Saat ini, belum jelas siapa yang menguasai negara anggota NATO yang strategis berpenduduk 80 juta orang itu, pada saat sejumlah tank bergerak di jalanan dan ledakan terdengar di dua kota terbesar Turki itu.

Kompas TV Bom Turki Tewaskan 36 Orang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com