Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parpol Diminta Tidak Memaksa Jokowi soal Calon Kapolri

Kompas.com - 03/06/2016, 21:48 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Boni Hargens mengatakan, Presiden Joko Widodo dapat mendengarkan usulan dari partai politik dalam menentukan pengganti Jenderal Badroddin Haiti sebagai Kepala Kepolisan RI (Kapolri).

Namun, sifat dari usulan-usulan tersebut hanya seperlunya saja atau tidak wajib diterima.

Masukan-masukan dari partai, menurut Boni, juga terbuka untuk disampaikan. Tetapi, perlu diingat bahwa itu hanya menjadi pertimbangan dan bukan menjadi keharusan yang memaksa presiden untuk memilih.

"Usulan-usulan itu boleh diberikan, tapi tidak boleh mereduksi hak prerogatif presiden," ujar Boni dalam sebuah diskusi di bilangan Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2016).

"Partai politik mana pun tidak boleh mengganggu presiden, dalam hal ini, biarkan presiden bekerja," kata dia.

Menurut Boni, ada tiga syarat yang harus menjadi kualifikasi para calon kapolri pengganti Badroddin.

Pertama, figur tersebut harus loyal terhadap Pancasila dan UUD 1945. Terlebih seperti situasi saat ini banyak bermunculan gerakan-gerakan yang ingin merusak falsafah dan dasar negara Indonesia.

"Gerakan gerakan itu muncul dalam kelompok-kelompok garis keras, makin kuat, makin besar. Dan bisa menggantikan polisi," kata dia.

"Maka, kapolri baru harus punya jiwa Pancasila dan semangat UUD 1945 untuk bisa membasmi anasir-anasir yang ingin merusak pondasi ini," lanjut Boni.

Kedua, kata Boni, calon kapolri harus memahami dan menyelami semangat Tri Sakti yang disuarakan Bung Karno serta Nawa Cita yang diusung Jokowi.

"Karena, inilah bentuk-bentuk operasional dari falsafah Pancasila. Tri Sakti adalah semangat bangsa dan Nawa Cita adalah upaya Jokowi merealisasi semangat-semangat cita-cita Pancasila," tutur Boni.

Ketiga, lanjut Boni, Kapolri harus loyal kepada presiden. Kapolri harus sejalan dalam visi dan misi.

"Konsekuensinya, kapolri ini harus menerima dan juga disemangati oleh revolusi mental," kata Boni.

"Karena menjadi kapolri ini tidak hanya menjadi kepala institusi kepolisian tetapi juga menjadi bagian menjaga keutuhan negara dan bangsa, maka harus bekerja sama dengan presiden," ujarnya.

Boni melanjutkan, saat ini ada lima kandidat kuat yang salah satunya harus dipilih Jokowi. Tarik ulur politik begitu kuat serta penegakan hukum harus menjadi pertimbangan penting dalam memilih figur.

"Presiden berada di persimpangan dalam mengevaluasi semua figur-figur yang ada untuk memutuskan siapa yang akan menjabat sebagai kepala kepolisian," ucapnya.

Adapun kelima nama tersebut, yakni Wakil Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso, Inspektur Pengawas Umum Komjen Pol Dwi Priyatno, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Tito Karnavian, Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komjen Pol Syafruddin.

Kompas TV Kapolri Baru di Mata Bripka Seladi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com