Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganti Kapolri, Jokowi Harus Siap Hadapi Kegaduhan Baru

Kompas.com - 03/06/2016, 18:59 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik, Haris Rusly, mengatakan, institusi Polri menjadi perebutan banyak pihak karena fungsinya yang sangat strategis. Maka dari itu, proses pergantian kepemimpinannya pun selalu diwarnai intervensi politik.

Di sisi lain, Haris menilai, proses pergantian kapolri juga memberi ruang terjadinya intervensi politik. Pada saat presiden mengajukan nama ke parlemen, intervensi itulah yang kerap membuat kegaduhan dan gesekan.

"Kapolri dipilih oleh presiden, tetapi harus persetujuan parlemen, di sini masuk intervensi politik. Parlemen terlibat, di situ digoreng," ujar Haris dalam sebuah forum diskusi di Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2016).

"Di DPR itu, barang yang enggak ada, jadi ada," tambah dia.

(Baca: Juli, Jokowi Buka Suara soal Nasib Kapolri)

Meskipun demikian, Haris menganggap, tetap ada hal baik dari proses tersebut. Salah satunya, publik dapat ikut memantau dan menyeleksi calon yang tepat.

Ia mengatakan, saat ini, ketegasan sikap dari Presiden Jokowi dibutuhkan dalam menentukan pengganti Badrodin Haiti. Jokowi juga diharapkan bisa menghadapi gesekan yang terjadi.

Dia mencontohkan proses pergantian Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendaro Danuri ke Jenderal (Pol) Timur Pradopo pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

(Baca: PDI-P Dukung Budi Gunawan Jadi Kapolri)

"Di situ gesekannya luar biasa. Hampir semua parpol bermain," tutur dia. 

Lebih lanjut, Haris mengatakan, saat ini Jokowi dihadapkan pada banyak pilihan jenderal bintang tiga. Mereka dinilai layak diajukan sebagai calon kapolri karena jenjang karier yang terukur dan proses edukasi yang panjang.

"Mereka semua pasti profesional," kata dia. 

Kompas TV Rencana Ganti Kapolri Belum Jelas?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com