Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri "Gedung Berhantu" yang Pernah Jadi Markas PKI

Kompas.com - 03/06/2016, 08:32 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

Ia mengisahkan, pada tahun 1965, bangunan itu diserbu dan dibakar massa. Sejak saat itu, tak ada aktivitas PKI di sana.

Setelah sempat diduduki TNI Angkatan Darat, bangunan itu direnovasi menjadi lima lantai.

Bangunan kemudian digunakan sebagai kantor salah satu Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata.

"Mungkin dipakai jadi kantor pariwisata itu sampai tahun 80-an Setelah itu ya sudah, dibiarkan begitu saja sampai sekarang," ujar Murni.

Kemudian, lanjut Murni, pada akhir April 2016, ada sekelompok orang yang memasuki lahan gedung itu. Mereka ingin menjadikannya sebagai tempat menyimpan gerobak pedagang kaki lima di sekitar Jalan Kramat Raya.

"Kayaknya mau disewain ke PKL. Tapi karena itu lahan sudah dibeli sama Acacia, orang Acacia datang, melarang mereka. Akhirnya enggak jadi masuk orang-orang itu," ujar Murni.

Mangkrak

Gedung itu terletak di tepi Jalan Kramat Raya, diapit Hotel Acacia dan Jalan Kramat Lontar.

Terdapat papan besi setinggi sekitar dua meter menutupi gerbang. Rantai besi besar berkarat melilit di tengah papan itu.

Pagarnya tidak terlihat jelas karena tertutup semak belukar.

Mengintip dari salah satu celah, ilalang setinggi satu meter menutupi seluruh pelataran gedung.

Saat melintas di trotoar depan bangunan itu, bau pesing terasa menyengat.

Gedung itu sendiri didominasi warna krem, dengan cat gedung sudah terkelupas di sana-sini. Kaca gedung juga banyak yang pecah.

Sekilas, gedung tersebut terlihat menyeramkan.

Murni bercerita, sebenarnya ada lagi bangunan yang identik dengan PKI di wilayah Kramat, yakni sebuah rumah yang saat ini sudah berganti menjadi rumah makan padang. Letaknya sekitar 100 meter dari gedung bekas PKI.

"Nah, kalau itu bekas Gerwani. Ramai juga tuh dulu, sebelum 1965," ujar Murni.

Aktivitas mereka cukup terbuka dibandingkan dengan gedung eks PKI.

"Di depan rumah itu biasanya ada bacaan buat orang-orang kampung yang lewat. Jadi kalau lewat situ, baca sebentar, oh ini, oh itu," kata dia.

Namun, rumah itu juga dihancurkan dan kemudian diambilalih resimen mahasiswa. Belakangan, ia juga baru menyadari rumah itu sudah berganti rumah makan Padang.

Sudah dicek

Kompas.com pun menemui Lurah Kramat Supardjo. Ia mengaku mengetahui pernyataan Kivlan melalui media massa.

Supardjo kemudian mengerahkan anak buahnya dan mengecek sendiri kebenaran pernyataan Kivlan itu. Hasilnya, nihil.

"Saya sama anak buah langsung nyari kan, itu di mana tempat yang dimaksud (Kivlan). Tapi sudah clear, enggak ada yang dimaksud jenderal itu," ujar Supardjo.

Supardjo meyakini, PKI tak akan eksis lagi.

Ia meyakinkan, wilayahnya memiliki sistem jaringan informasi yang cukup kuat sehingga mampu mendeteksi jika ada aktivitas yang menyimpang.

Kompas TV Kivlan Zen Sebut PKI akan Bangkit Lagi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com