Namun, konsekuensi etis berlaku untuk semua jenis kesalahan. Konsekuensi etis itu adalah “pernyataan telah melakukan kesalahan dan permintaan maaf”.
Oleh karena itu, menutupi sebuah kesalahan adalah kesalahan. Seseorang yang berpura-pura benar, padahal dengan sadar melakukan kesalahan, sedang menabung kesalahan berikutnya.
Kecenderungan ini sangat mungkin terjadi di media online. Pengalaman pribadi, cerita kolega, dan pengamatan telah menguatkan pendapat tersebut.
Ada media online yang sangat anti meminta maaf karena telah melakukan kesalahan, baik kesalahan ringan maupun fatal. Media tipe ini lebih memilih untuk menyunting ulang berita yang salah, lalu mengunggahnya kembali.
Hal ini tentu tidak adil bagi pembaca berita. Mereka yang membaca setelah proses penyuntingan akan menganggap tidak pernah ada kesalahan di berita tersebut. Bukankah ini sebuah pembohongan?
Mungkin media semacam itu menganggap meminta maaf adalah pekerjaan yang memalukan dan bisa mengurangi pembaca.
Tentu saja berpendapat seperti itu tidak dilarang. Namun, bisa saja logikanya dibalik sehingga orang akan melihat kata “maaf” dengan sudut pandang yang berbeda.
Meminta maaf sangat bisa dimaknai sebagai tindakan kesatria dan bertanggung jawab. Mereka yang meminta maaf adalah orang yang tidak menganggap remeh sebuah kesalahan. Sebab, di balik kesalahan ada hak publik yang terlanggar.
Teladan yang baik
Wartawan dan tim redaksi media online masih mau meminta maaf untuk sebuah kesalahan masih ada. Keyakinan itu harus tetap ada.
Paling tidak, hal itu muncul dalam sebuah diskusi kelas Pengantar Jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di penghujung Mei 2016.
Mahasiswa di kelas itu belajar bersama tentang cara kerja media massa, mulai dari media cetak hingga media online. Setiap kelompok mahasiswa berkunjung ke media dan melakukan observasi serta wawancara tentang cara kerja, termasuk cara media memperlakukan sebuah kesalahan pemberitaan.
Yusuf Arifin, Pemred cnnindonesia.com menjadi salah satu bintang dalam diskusi antarmahasiswa itu. Dalam sebuah tayangan video wawancara, Yusuf menyatakan CNN Indonesia akan secara blak-blakan meminta maaf jika memang melakukan kesalahan.
Menurut dia, meminta maaf adalah sarana untuk belajar, belajar rendah hati dan belajar untuk hati-hati sehingga tidak membuat kesalahan berikutnya.
Yusuf menjelaskan, permintaan maaf biasanya akan dinyatakan secara terbuka dan diletakkan di dekat berita yang salah atau berita yang telah diralat.