Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Calon Kapolri yang Tidak Dekat dengan Politik

Kompas.com - 26/05/2016, 07:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Anggota Komisi Kepolisian Nasional, Adrianus Meliala, mengatakan, calon Kepala Kepolisian RI mendatang diharapkan yang tidak terlalu dekat dengan politik.

Hal itu dikatakannya saat menjadi narasumber dalam program "Satu Meja", yang ditayangkan Kompas TV, Rabu (25/5/2016) malam.

"Polisi tidak boleh terlalu dekat dengan politik. Siapa yang bagus untuk dipilih? Jangan pilih yang dekat dengan politik," kata dia.

Namun, ia mengakui, tak mudah mencari sosok seperti ini. "Repot memang. Setelah di-tracing, kadang (para calon) berkomunikasi dengan pimpinan partai politik," ujar Adrianus.

Pada kesempatan yang sama, peneliti Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho mengatakan, tak mudah menemukan calon Kapolri yang tak memiliki kedekatan dengan politik. Kalaupun ada, kata dia, potensinya kecil untuk terpilih.

"Ada figur baik, tapi tidak dekat dengan politik," kata Emerson.

Menurut dia, hal ini karena mekanisme pemilihan Kapolri yang harus melalui persetujuan DPR. Mekanisme ini menyebabkan intervensi politik berpengaruh besar terhadap siapa yang akan terpilih sebagai Kapolri.

Oleh karena itu, kata Emerson, ada wacana mengembalikan kewenangan penuh memilih Kapolri berada di tangan Presiden, tanpa melalui persetujuan DPR.

"Ada wacana agar dalam UU Kepolisian yang baru, pemilihan Kapolri hanya di Presiden, jangan melalui DPR. Kami akan melakukan judicial review agar pemilihan ke depan murni Presiden," kata dia.

Politisi PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan menampik bahwa selama ini DPR yang paling menentukan sosok Kapolri terpilih. Menurut dia, DPR tak pernah menolak calon yang diajukan Presiden, meski persetujuan oleh DPR.

"DPR selalu menerima apapun yang diusulkan Presiden, tidak pernah menolak calon yang diajukan Presiden," kata dia.

Ia mengatakan, dalam menentukan calon Kapolri, Presiden harus berpegangan pada tiga hal yaitu aspek yuridis, sosiologis, dan politis.

Sementara itu, politisi Partai Nasdem Johnny G Plate berpendapat, tak bisa menyerahkan pemilihan Kapolri sepenuhnya kepada presiden tanpa persetujuan DPR. Alasannya, Polri adalah rakyat yang dipersenjatai untuk menjalankan tugas ketertiban masyarakat.

"Perlu check and balances dari DPR. Polri kan pelaksana ketertiban masyarakat yang dipersenjatai. DPR harus memastikan Kapolri layak dan tidak dimanfaatkan oleh eksekutif," ujar Johnny.

Di antara sejumlah perwira tinggi Kepolisian, ia yakin ada yang layak dan baik memimpin institusi Polri.

"Tidak semuanya jelek," kata dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Disebut Mundur dari PBB karena Akan Masuk Pemerintahan Prabowo, Gerindra: Belum Tahu Ditempatkan di Mana

Yusril Disebut Mundur dari PBB karena Akan Masuk Pemerintahan Prabowo, Gerindra: Belum Tahu Ditempatkan di Mana

Nasional
Cerita Pejabat Kementan Terpaksa Penuhi Permintaan SYL saat Tak Ada Anggaran

Cerita Pejabat Kementan Terpaksa Penuhi Permintaan SYL saat Tak Ada Anggaran

Nasional
Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Nasional
Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Nasional
Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Nasional
Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Nasional
Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com