Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komite Etik Diminta Tak Hanya Tegur Calon Ketum Golkar yang Langgar Aturan

Kompas.com - 11/05/2016, 11:57 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aturan main Musyawarah Nasional Partai Golkar dinilai belum cukup ditegakkan. Terutama pada sisi pemberlakuan sanksi bagi pihak-pihak yang terbukti terlibat politik uang untuk membeli suara dari pemilik suara dalam pemilihan ketua umum Golkar.

Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal Budiyono mengatakan, jika aturan yang ada belum ketat, maka pihak yang tertangkap melakukan pelanggaran hanya akan terkena sanksi moral.

"Komite etik harus diberi ruang lebih, tidak hanya menegur. Sanksinya paling tidak sampai membatalkan pencalonan," kata Zaenal saat dihubungi, Rabu (11/5/2016).

(baca: Munaslub Golkar, Celah Politik Uang, dan Aturan yang Tak Tegas)

Meski begitu, ia mengapresiasi peran Komite Etik pada Munaslub Golkar kali ini. Misalnya, dari transparansi Komite Etik yang kerap mengumumkan pelanggaran calon ketum ke media massa.

Menurut dia, hal tersebut adalah langkah maju. Sebab, berkaca pada penyelenggaraan Munas sebelumnya dimana peran Komite Etik hampir tidak ada.

(baca: Seorang Calon Ketum Golkar Terjaring Operasi Komite Etik di Hotel)

Ke depannya, ia berharap Komite Etik dapat diberi ruang untuk tak sekadar memberikan sanksi teguran, tetapi bisa memberikan sanksi pembatalan pencalonan kepada calon ketum yang ketahuan terlibat politik uang.

"Tapi kalau waktunya tinggal beberapa hari, saya termasuk realistis," kata dia.

Tak hanya penguatan Komite Etik, sanksi bagi tim sukses calon ketua umum juga perlu diatur lebih jauh.

Pasalnya, politik uang tak hanya dilakukan calon ketum, panitia dan peserta. Tim sukses juga turut bergerilya mencari suara. (baca: Komite Etik Akan Selidiki Pencatutan Nama Presiden)

"Timses juga harus diatur. Hampir semua partai di era reformasi ini dengan konteks kompetisi pergantian ketua umum pasti lah ada politik uang," ujarnya.

Kompas TV Jokowi: Apa Saya Pernah Marah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com