Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peduli Kasus YN, Aksi "Save Our Sisters" Akan Bunyikan Tanda Bahaya di Depan Istana

Kompas.com - 04/05/2016, 09:02 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak menjadi persoalan serius yang harus disikapi bersama oleh pemerintah dan juga masyarakat.

Pesan itulah yang ingin disampaikan oleh ajakan aksi bersama "Save Our Sisters" yang akan dilakukan hari ini, Rabu (4/5/ 2016), pada pukul 16.00 sampai 18.00 di seberang istana negara.

Estu Fanani, Wakil Koordinator Lapangan aksi Save Our Sisters mengatakan, kasus YN, gadis di Bengkulu yang diperkosa kemudian dibunuh oleh 14 orang, membuat pihaknya terdorong untuk mengingatkan kepada semua pihak agar berani mengambil sikap dan lebih peduli pada kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak.

"Kami melihat semakin hari semakin meningkat dan beragam modusnya, serta usianya juga beragam. Itu memunculkan keprihatinan kami dan membuat kami terdorong, kami harus bergerak," ujar Estu melalui sambungan telefon, Rabu (4/5/2016).

(Baca: #NyalaUntukYuyun, Simpati untuk Siswi SMP yang Tewas Diperkosa 14 Pemuda)

Estu menjelaskan, usai mendapat kabar mengenai YN, dia bersama sekira tujuh orang dari Komite Aksi Perempuan membuka jalur komunikasi untuk berkoordinasi melalui media sosial.

"Kami melakukan pertemuan satu kali, pada senin (2 Mei 2016), untuk mematangkan koordinasi via medsos yang sebelumnya dilakukan," kata Estu.

"Kemudian kemarin diadakan pertemuan lagi di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. setelah itu kami maksimalkan lagi komunikasi via medsos sesama kami di Jakarta kemudian juga meluas di beberapa daerah," tuturnya.

(Baca: Pelaku Pemerkosa dan Pembunuh Siswi SMP Sempat Hadiri Pemakaman Korban)

Rencana awal, aksi "Save Our Sisters" ini akan dilakukan di Jakarta saja, namun dalam pertemuan itu banyak masukan dari para peserta agar aksi tersebut dilakukan secara serempak di wilayah lainnya. Hal itu dilakukan agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

Untuk semakin menggaungkan isu ini, aksi "Save Our Sisters" mengajak bagi seluruh masyarakat yang ingin bergabung untuk membawa alat-alat yang bisa dibunyikan sebagai simbol tanda bahaya kekerasan seksual terhadap perempuan.

Diperkirakan, ada sekira 200 orang yang akan turun dalam aksi yang digelar sore hari ini. Mereka berasal dari berbagai organisasi mahasiswa maupun masyarakat sipil.

"Kami dapat konfirmasi beberapa kelompok yang ingin gabung dalam aksi di antaranya ada mahasiswa UI, Komunitas Jarik, Pergerakan Indonesia, Gapura Indonesia, dan lainnya banyak yang merespon ajakan aksi ini," kata dia.

(Baca: KPAI: Hukum Maksimal Para Pemerkosa dan Pembunuh Siswi SMP di Bengkulu)

Kasus YN, siswi SMP di Bengkulu, ini menjadi perhatian masyarakat khusunya pegiat dunia maya karena kematian korban cukup tragis. YN ditemukan tewas di dalam jurang dengan kondisi fisik yang sudah membusuk.

Selain itu, korban ditemukan dalam keadaan nyaris tanpa busana dengan kaki dan tangan terikat. Dalam waktu beberapa hari, Kepolisian Resor Rejang Lebong, Bengkulu, meringkus 12 remaja pelaku pemerkosaan YN.

Kepala Polres Rejang Lebong Ajun Komisaris Besar Polisi Dirmanto mengatakan, 12 pelaku itu masing-masing berinisial De (19), To (19), dan Da (17). Ketiga warga Desa Kasie Kasubun, Padang Ulak Tanding, itu ditangkap pada Jumat (9 April 2016).

Dari pengembangan kasus tersebut, pada keesokan harinya, Sabtu (10/4/2016), giliran Su (19), Bo (20), Fa (19), Za (23), Fe (18), Al (17), Su (16), dan Er (16), semuanya warga Kasie Kasubun, diringkus polisi.

Kompas TV Aksi Solidaritas untuk Yuyun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com