Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Panjang Membebaskan Sandera Abu Sayyaf

Kompas.com - 02/05/2016, 15:06 WIB

Oleh: Iwan Santosa dari Zamboanga, Filipina

Sejak kapal tunda Brahma 12 dengan 10 anak buah kapal disandera kelompok Abu Sayyaf faksi Al Habsyi Mesaya di perairan antara Sabah dan Kepulauan Sulu, Kamis (24/3), Pemerintah Indonesia dan pihak perusahaan tak kenal lelah melakukan upaya pembebasan.

Sejak 25 Maret, sejumlah pihak dihubungi untuk memetakan masalah.

Pola kejahatan pun mulai terbaca. Toto Trihamtoro, konsultan keamanan yang memiliki banyak jaringan di Asia Tenggara, menceritakan, kapal-kapal yang dibajak itu biasanya diganti identitasnya lalu dijual.

Namun, dalam kasus tugboat Brahma, kapal tak sempat dijual saat dibawa ke Languyan di utara Pulau Tawi-Tawi.

Kapal itu hanya ditandai dengan nama "Al Habsyi Mesaya" di dalam kabin kapal yang sudah tujuh kali berlayar mengantarkan batubara dari Kalimantan Selatan ke Batangas, Visayas, Filipina tengah.

Pemantauan penjejak elektronik yang terpasang pada Brahma 12 menggambarkan kapal diserang sekitar pukul 13.00.

Selanjutnya, kecepatan kapal bertambah dari 5 knot menjadi 8-9 knot yang menandakan tongkang dan muatan sudah dilepas.

Pertemuan intensif pun digelar antara pemerintah (Kementerian Luar Negeri, sejumlah lembaga intelijen, terutama Badan Intelijen Strategis TNI) dan pihak perusahaan.

Komunikasi dengan penyandera pun dilakukan. Awalnya, komunikasi menggunakan telepon genggam Kapten Tonsen (nakhoda kapal Peter Tonsen).

Belakangan, pembajak menggunakan teleponnya. Dari situ, terlacak posisi telepon berada di sekitar Pulau Sulu atau Jolo di tengah-tengah gugusan Kepulauan Sulu yang membentang dari timur Sabah hingga pantai barat Mindanao di kota Zamboanga, Filipina selatan.

Wilayah tersebut didominasi dua etnis, yakni Tausug dan Samal. Tausug yang juga disebut "Orang Suluk", menurut sejarawan maritim Adrian B Lapian (alm), sudah merompak hingga perairan Selat Malaka dan pantai utara Pulau Jawa sejak 1800-an.

Ketika itu, pusat kekuatan perompak berada di Pulau Balaingingi di sebelah timur Pulau Sulu.

Dari pemetaan profil, Al Habsyi Mesaya diketahui menguasai wilayah Talipao yang berada di tengah-tengah Pulau Sulu hingga bagian timur Sulu yang tidak bertuan.

"Di Filipina selatan, terutama Sulu, banyak komandan lokal dengan pasukannya sendiri," kata Sumardi, warga Indonesia yang menjadi pengajar di Davao City.

Yang menarik, ada kebiasaan unik dalam faksi Abu Sayyaf, yakni melelang korban penculikan ke sindikat lain. Namun, dalam kasus ABK Brahma 12, mereka tidak mendapat tawaran dari kelompok lain.

Pasalnya, ABK Brahma 12 adalah WNI yang bagi para penguasa lokal di Kepulauan Sulu, Indonesia dianggap berjasa dalam proses damai di Filipina selatan.

Komunikasi dan posko

Komunikasi antara pihak perusahaan dan penghubung Al Habsyi yang dijuluki "Pak Cik" dilakukan tiap sore sekitar pukul 15.00. Pak Cik berbicara dalam bahasa Melayu patah-patah.

Tim perunding pun dibentuk, melibatkan berbagai institusi di Indonesia. Pihak mediator berhasil membentuk tim di Filipina dengan tiga lapis jaringan.

Orang kedua di jaringan pertama merupakan seorang personel militer Filipina asli Kepulauan Sulu, yang mempunyai penghubung langsung dengan penyandera.

Perlahan-lahan, kepercayaan dibangun hingga akhirnya penghubung langsung yang dijuluki Agen Bravo itu bisa bertemu langsung dengan penyandera dan sandera. Mereka bergerak di sekitar Kalingalan Caluang-Masjid Likubong dan Omar di pantai utara Sulu.

Bukti sandera dalam keadaan hidup (proof of life) berhasil diperoleh pada Jumat (22/4). Materi itu diberikan ke Menteri Luar Negeri RI di Jakarta, Minggu (24/4), dan tim pun mendapat restu untuk bergerak membebaskan sandera.

Semula, pembebasan direncanakan Senin (25/4). Namun, rencana itu terhalang pemenggalan sandera asal Kanada, John Ridsel, sehingga militer Filipina menggelar operasi tempur. Dalam kondisi itu, mengeluarkan sandera sulit dilakukan.

Meski demikian, personel keamanan Filipina dan pemimpin sipil dengan sepenuh hati membantu dan juga menyiapkan safe house untuk tim yang sedang bekerja.

Safe house dibentuk terpisah di Manila dan Zamboanga untuk menjamin keamanan tim asal Indonesia.

Faktor lain yang membuat situasi kian runyam adalah ditutupnya jalur laut dan udara dari Sabah ke Kepulauan Sulu dan Zamboanga yang menjadi urat perekonomian tradisional.

Dalam situasi serba sulit, akhirnya sandera berhasil diselamatkan dan diterbangkan atas kerja sama yang baik antara Pemerintah Indonesia dan Filipina. Salamat namin kayo Filipinas.. Terima kasih kami kepada Filipina..

Kompas TV Para Sandera Bebas Tanpa Tebusan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Tentara Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Tentara Lalu Diringkus Polisi

Nasional
Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Nasional
Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Nasional
Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Nasional
Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat hingga 16 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com