Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Tak Ingin Pemerintah Hanya Berdebat soal Kuburan Massal Tragedi 1965

Kompas.com - 27/04/2016, 07:37 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Roichatul Aswidah mengatakan bahwa saat ini Komnas HAM tidak ingin terjebak dalam perdebatan soal kuburan massal dan berapa banyak jumlah korban Tragedi 1965.

Menurut Roichatul, saat ini Komnas HAM tengah berupaya fokus mendorong Pemerintah dalam menciptakan mekanisme penuntasan kasus Tragedi 1965 yang komprehensif dan menyeluruh.

Mekanisme tersebut harus mencakup pengungkapan kebenaran dan pemenuhan hak-hak korban seperti hak rehabilitasi, hak restitusi dan hak reparasi sebagaimana yang dihasilkan dalam Simposium Nasional beberapa waktu lalu.

"Saat ini kami sedang fokus mendorong pemerintah melakukan penyelesaian yang komprehensif sebagai tujuan besarnya," kata Roichatul saat dihubungi Selasa malam (26/4/2016).

"Kami tidak mau Pemerintah hanya berdebat soal kuburan massal dan lari dari tujuan besar tersebut," ujarnya.

Dia menjelaskan, perdebatan soal kuburan massal dan jumlah korban yang terjadi saat ini ditakutkan akan mereduksi tujuan pemerintah dalam menuntut penuntasan secara menyeluruh.

Pengungkapan fakta terkait ada atau tidaknya kuburan massal, kata Roichatul, merupakan salah satu bagian saja dalam upaya penuntasan.

Sementara itu dalam Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, seluruh peserta telah menyepakati bahwa soal jumlah korban tidak lagi menjadi fokus persoalan.

"Saat itu semua peserta sudah satu suara yang mengakui adanya korban dan ada peristiwa pembunuhan massal pada tahun 1965," ucapnya.

Sebelumnya, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, mendesak Komnas HAM angkat bicara terkait data lokasi pembunuhan massal korban 1965.

(Baca: Kontras Desak Komnas HAM Ungkap Data Kuburan Massal Korban 1965)

Haris merasa heran atas pernyataan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan bahwa pemerintah belum pernah menerima data mengenai lokasi kuburan massal korban Tragedi 1965.

Padahal menurut Haris, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sudah pernah melakukan penyelidikan terkait Tragedi 1965.

Dalam hasil penyelidikan itu dinyatakan pada tahun 1965 telah terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan yang dilakukan secara sistematis dan meluas serta menimbulkan jumlah korban yang massif.

"Kenapa Komnas HAM diam saja soal ini? Seharusnya mereka membuka data-data terkait kuburan massal yang pernah mereka selidiki," ujar Haris saat dihubungi, Selasa (26/4/2016).

Kompas TV Pemerintah Akan Selesaikan Kasus HAM 1965
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com