Dua hari lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi mencegah Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung Nurhadi, buntut operasi tangkap tangan terhadap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Edy Nasution.
Bahkan, KPK menggeledah ruang kerja Nurhadi. Dari berita-berita, tersiar pejabat MA yang PNS ini punya kekayaan luar biasa dan pernah menggelar pernikahan anaknya di hotel mewah.
Di Bumi Pertiwi ini, jangan-jangan etika dan moral sudah dilempar ke tong sampah. Padahal, sosiolog Weber (1864-1920) menekankan pentingnya etika bagi pelaku politik.
Peter Berger (1974) menjelaskan dua macam etika politik Weber, yakni etika sikap (gesinnungsethik) dan etika tanggung jawab (verantwortungsethik).
Moralitas politik terbaik adalah belajar dari pengetahuan yang sarat tentang masa lampau. Buah dari pelajaran itu antara lain kerendahan hati.
Sayangnya, dalam banyak kasus etika seperti sisi suram di panggung politik. Sebab, kata Berger, politik adalah praktik tentang apa yang mungkin, bukan mencari kemurnian moral. Kalau ini yang terjadi, pembusukan ikan makin cepat dari bagian kepala.
"Hanya ada satu hal yang pantas di- lakukan pada kepala ikan yang busuk dan bau, kata pedagang, yakni memotong dan membuangnya," kata Cicero (106-43 SM) saat pidato membela warga di tribunus (Robert Harris, 2008).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.