JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Poltracking Institute Hanta Yuda mengatakan, Partai Golkar masih memiliki basis suara yang besar dalam Pemilu.
Namun, Golkar harus berhati-hati karena akar pendukung tersebut ada pada pemilih-pemilih senior yang saat ini mulai tergusur oleh pemilih-pemilih muda. Sedangkan pemuda tidak menjadi saksi saat Partai Golkar sedang besar.
Oleh karena itu, Hanta menganggap pekerjaan rumah bagi Partai Golkar saat ini menggarap pemilih-pemilih muda tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menawarkan konsep partai ke depannya.
"Ini perlu ditawarkan oleh para calon ketua umum, seperti apa konsep Golkar ke depannya," kata Hanta dalam sebuah acara diskusi di Jenggala Center, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Hanta mencatat, setidaknya ada tiga tantangan bagi para calon Ketua Umum Partai Golkar.
(Baca: Munaslub Partai Golkar Diundur)
Pertama, adalah tantangan untuk mengelola permasalahan internalnya. Sebab, Partai Golkar sudah teruji dalam melawan masalah yang diakibatkan oleh faktor eksternal. Namun, belum teruji dalam persoalan internal.
Partai Golkar, lanjut dia, harus memberi pelajaran kepada publik bahwa faksi dalam sebuah partai itu memang ada namun di sisi lain juga bisa menunjukkan bagaimana faksi tersebut dapat dikelola dengan baik. Termasuk dalam hal memilih sosok untuk dimajukkan ke Pilpres.
Sebab, momentum tersebut rawan menyebabkan perpecahan bahkan kerap disusul dengan kelahiran partai politik baru.
"Tantangannya ada dua, ketika memilih calon ketua umum dan ketika memilih capres," kata Hanta.
(Baca: Muncul Usulan Setoran hingga Rp 20 Miliar bagi Calon Ketum Golkar)
Tantangan berikutnya adalah menciptakan kepemimpinan yang mengakar. Ia mencontohkan pada era Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla yang masing-masing memiliki warnanya sendiri.
Begitu pula dengan Ketua Umum Partai Golkar terpilih, harus mulai menunjukkan bagaiman jika kelak Partai Golkar di bawah kepemimpinannya.
"Misal kira-kira yang ingin ditekankan, pemimpin Golkar yang ingin mengakar ke daerah," ujar dia.
Ketiga, tantangannya adalah membentuk celuk atau basis massa baru. Salah satunya dikarenakan pemilih senior terus tergantikan dengan para pemilih muda.
"Golkar punya kelembagaan yang kuat, tapi di saat yang sama pemilih senior semakin sedikit," tutur Hanta.