Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uang yang Diterima Istri Siyono dari Polri sampai Rp 100 Juta

Kompas.com - 11/04/2016, 15:06 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Selain membeberkan hasil otopsi jenazah terduga teroris Siyono kepada publik, PP Muhammadiyah dan Komnas HAM juga membuka bungkusan uang yang diterima istri Siyono, Suratmi, beberapa waktu lalu, yang diketahui sebagai "uang damai".

Ketua Bidang Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas bersama Komisioner Komnas HAM Siane Indriani yang membuka bungkusan itu.

Saat bungkusan dibuka, terlihat lima gepok uang kertas pecahan Rp 100.000 tergeletak di meja. Total uang yang berada dalam bungkusan tersebut diketahui berjumlah Rp 100 juta.

"Uang ini belum pernah dibuka. Kami simpan, sampai sekarang kami enggak tahu isinya apa, jumlahnya berapa," tutur Busyro sebelum membuka bungkusan "uang damai" tersebut dalam konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2016).

Untuk langkah selanjutnya, kata Busyro, pihak Muhammadiyah akan berembuk dengan Komnas HAM terkait prosedur yang paling proporsional untuk memproses uang itu.

Selain bersama Komnas HAM, sejumlah perwakilan masyarakat sipil juga akan turut serta dalam rembukan tersebut.

Tak tergoda "uang damai"

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, mengatakan, sikap Suratmi dapat dijadikan pelajaran yang berharga.

Meski tak berasal dari keluarga dengan ekonomi cukup dan juga harus menghidupi lima anaknya, Suratmi tak lantas menerima uang damai tersebut.

Ia bahkan tak menyentuh dan memberikannya kepada PP Muhammadiyah. Idealisme moral yang dimiliki Suratmi, lanjut dia, merupakan pelajaran berharga bagi semua orang.

(Baca: Keganjilan Kasus Siyono, Larangan Otopsi hingga Pria Misterius Bernama Nurlan)

"Idealisme moral dengan keyakinan moralnya, meski sangat butuh uang itu, tetapi karena ada kebenaran yang dicari, duit itu ditolak dan diserahkan ke kuasa hukum," kata Haris.

Sebelumnya, Suratmi menceritakan, ia sempat diberi uang dua gepok saat berada di Jakarta. 

Uang dua gepok yang dibungkus koran dan diikat plakban berwarna coklat itu diberikan seseorang yang diduga polwan untuk biaya pemakaman suaminya dan biaya santunan untuk anak-anaknya.

"Kami di Jakarta meminta agar suami diotopsi biar tahu penyebab kematiannya, kok tidak wajar," ujar Suratmi dalam pertemuan di kantor PP Muhammadiyah di Jalan Cik Ditiro, Yogyakarta, Selasa (29/3/2016). 

Suratmi menceritakan, uang tersebut diberikan seorang perempuan ketika ia berada di hotel saat hendak pulang.

(Baca: Kapolri Bantah Pemberian Dua Gepok Uang ke Keluarga Siyono sebagai Sogokan)

"Namanya Ibu Ayu dan Bu Lastri, tidak memakai seragam. Saya tidak tahu, mungkin Densus atau polwan, memberikan uang ini kepada saya dan kakak saya," kata dia.

"Bilangnya, ini dari solidaritas kami untuk biaya pemakaman dan untuk anak-anak. Namun, saya tidak berani membuka, nominalnya banyak sekali," lanjut Suratmi.

Selain memberikan uang, ia juga diminta agar mengikhlaskan kepergian suaminya, Siyono. Sebab, kematian Siyono merupakan takdir.

"Saya diminta mengikhlaskan. Kematian suami saya sudah takdir," urai dia.

Kompas TV Jelang Hasil Otopsi Rumah Siyono Sepi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com