Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bayu Galih

Jurnalis; Pemerhati media baru; Penikmat sinema

Film "Room", Langkah Awal Memahami Logika "Haters/Lovers"

Kompas.com - 09/04/2016, 07:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bagi kita yang tidak ingin terjebak dalam pusaran lovers/haters di media sosial tentu dapat dengan mudah untuk unfollow, bahkan hingga deactivate akun. Tapi bagaimana pun, itu tidak menghentikan derasnya arus lovers/haters di dunia maya.

Sebab, algoritma seperti yang dibuat Facebook makin berperan dalam membangun tembok-tembok virtual, yang membentuk "room" penghasil lovers/haters.

Perilaku pencarian yang disediakan Google pun berperan membatasi pengetahuan kita di era digital yang semestinya tidak terbatas.

Aktivis internet Eli Pariser menyebut proses terbentuknya "room" di ranah digital itu dengan sebutan "filter bubble". 

Penjelasannya bisa seperti ini: Kawan saya seorang penggemar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Kekaguman kepada pria yang akrab disapa Ahok itu menjadikan kawan saya sering men-share bermacam post positif, baik itu prestasi atau berita tentang pujian orang terhadap Ahok.

Kawan saya itu juga sering me-like atau beri komentar jika ada post positif tentang Ahok.

Kebiasaan ini menyebabkan aliran yang muncul di linimasa dia adalah hal-hal yang serupa: Bermacam puja-puji terhadap Ahok.

Di sinilah proses filter bubble terbentuk, saat post negatif mengenai Ahok difilter agar tak muncul di linimasanya.

Namun, algoritma Facebook tentu bisa salah membaca. Ini menyebabkan post satire tentang Ahok muncul di linimasa kawan saya itu sewaktu-waktu, karena dianggap algoritma Facebook berisi hal positif.

Kawan saya yang terbiasa membaca post positif tentang Ahok kemudian meradang saat baca hal negatif itu.

Dia pun memberikan komentar membela Ahok, malahan sering juga menyerang orang yang menulis post negatif tentang Ahok itu dalam komentar.

Hal yang sama pun berlaku sebaliknya. Teman saya yang tidak suka kepada Ahok, semakin tidak suka kepada Ahok karena filter bubble. Bermacam post negatif yang sering menyudutkan Ahok muncul di linimasanya.

Nah, ketika benih benci atau cinta yang berlebih itu tumbuh, biasanya mereka hanya mencari berita yang memperkuat argumen masing-masing.

Jadi jangan heran jika Ahok-lovers akan mem-post chirpstory (kumpulan tweet) yang membela Ahok soal kebijakan reklamasi, misalnya.

Begitu juga sebaliknya, Ahok-haters akan terus mem-post bermacam berita di media yang mengkritik kebijakan reklamasi.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com